39 [JALAN-JALAN]

1.3K 141 10
                                    

-----------------------------------------------------------

Yuk, sebelum membaca jangan lupa follow bagi yang belum, jangan lupa juga untuk memberikan vote dan komentarnya. Terimakasih

-----------------------------------------------------------

E N J O Y •
     


"Sudah resmi berpisah, Taehyung."

Haneul bersuara setelah menutup sambungan telepon dengan sang ibu. Dia melempar ponselnya dan menghela nafas, menatap Taehyung dengan mata sendunya, Haneul tampak tak rela kalau kakaknya ternyata memilih untuk berpisah dengan Sarang. Keputusan itu sebenarnya sudah didengar setelah dua minggu perselingkuhan Sarang terungkap, lalu beberapa minggu kemudian barulah sidang dilaksanakan.

"Mungkin ini yang terbaik, Sayang. Sudah ya, jangan dipikirkan terus, berminggu–minggu yang dipikirkan hanya masalah Yoongi Hyung saja. Maaf ya, tapi satu minggu lalu sampai membuatmu stres dan akhirnya drop," ujar Taehyung. Entah berapa kali dia bicara tentang hal itu pada sang istri dan diiyakan tetapi beberapa saat kemudian kembali melamun dan sudah jelas permasalahan kakaknya lah yang ia pikirkan.

"Atau mau aku bawa ibu ke sini, ya?"

Haneul menggeleng kuat. Kapok kalau ibunya ada di rumah mereka. Haneul dinasehati berjam-jam, lalu diomeli karena Ny. Lee beranggapan Haneul tak memikirkan calon anaknya karena terus melamun dan pikirannya yang terlalu banyak. Sampai Ny. Lee juga mengomeli Haneul yang mengaku sedang bermalas–malasan.

Taehyung berlaku seolah akan menelepmon ibu mertuanya itu. Satu minggu ditinggal pulang, Haneul kembali seperti sebelum ibu mertuanya tinggal di rumah mereka. Tangannya meraih ponsel, berpura–pura mencari kontak Ny. Lee dan kemudian menempelkan ponselnya tepat di daun telinganya.

"Taehyung ...," rengeknya. Haneul berdiri, mendekati Taehyung lalu berusaha merebut ponselnya.

"Kenapa?"

"Jangan." Haneul menggeleng pelan. "Jangan bilang ibu."

"Tidak mau."

Haneul memelas, merengek dan memohon agar suaminya tak mengadu pada ibunya. Haneul menggeleng setiap Taehyung berujar kalau dirinya akan meminta sang ibu untuk kembali menginap di rumahnya. Tangannya juga terus berusaha menggapai ponsel yang dijauhkan oleh Taehyung dari jangkauannya.

"Jangan, Taehyung."

"Tidak mau. Kalau kata suami tidak dituruti, sepertinya kata ibu bisa membuatmu menurut, iya, kan?"

"Tidak kok. Iya, aku menurut, janji tidak akan membebani pikiranku dengan masalah Yoongi oppa, janji untuk tidak melamun, janji untuk makan tepat waktu dan rajin minum susu. Janji akan dengarkan semua perkataan Taehyung," ujar Haneul, tangannya menggenggam erat lengan suaminya itu. Matanya tak pernah menatap sendu pada Taehyung. Dia terus memelas agar Taehyung mau menurutinya.

"Ditepati, ya?"

Haneul mengangguk lagi. "Iya. Tapi ... kau harus janji juga."

"Apa?" Taehyung meletakkan ponselnya. Ia menarik tubuh Haneul agar sedikit lebih dekat sampai perut buncit itu menyentuh tubuhnya.

"Mulai aku drop sampai sekarang babies tak disapa," Haneul menjawab, nada bicaranya menggantung. "Kenapa, sih? Perutku sudah lama tidak dielus."

Taehyung memilih tak menjawab langsung. Dia menggendong Haneul untuk duduk di balkon. Setelah keduanya sudah sama sama duduk, Haneul kembali mendesak Taehyung untuk menjawab.

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang