-----------------------------------------------------------
Yuk, sebelum membaca, follow dulu bagi yang belum. Jangan lupa memberikan vote dan komentarnya. Terimakasih.
-----------------------------------------------------------• E N J O Y •
Akhir-akhir ini sering kali hujan. Biasanya menjelang malam, langit mulai mendung dan saat pukul delapan, rintik hujan mulai membasahi bumi. Seperti malam ini, Haneul sendiri di rumahnya. Ini hari kelima ia menetap di rumah. Dan malam ini pula orang tuanya pergi mengunjungi anak pertama mereka, Yoongi. Jadilah Haneul sendiri karena Taehyung belum pulang bekerja. Ditambah lagi para maid yang sedang diliburkan.Haneul menutup semua tirai dan jendela rumah. Perasaan tak enak menyelimuti dirinya, apalagi setelah hujan turun dengan derasnya.
"Jangan mati lampu," gumamnya seraya menutup tirai terakhir di rumah ini, yakni kamarnya. Tapi sebelum Haneul menutup jendela serta tirainya, ia lebih dulu melihat sosok wanita yang berpakaian putih dan payung hitam berdiri di dekat pagar rumahnya.
Wanita itu selalu di sana saat hujan turun. Tepatnya dua hari lalu. Tapi ia tak pernah bicara pada Taehyung soal ini.
"Apa dia orang yang waktu itu Taehyung panggil?" gumamnya lagi setelah mengingat malam di mana suaminya juga memanggil seseorang saat hujan tengah malam waktu itu.
Haneul mencoba acuh. Saat ia baru menutup jendelanya setengah, wanita itu mengangkat payung hitamnya. Dia mendongak tapi wajahnya tak terlihat karena topi yang dipakai. Setelahnya wanita itu mengeluarkan tangan kirinya yang memang sedari tadi diletakkan dibalik tubuh langsingnya.
Itu ... pisau.
Haneul gelagapan. Ia menutup jendelanya dengan kuat dan buru-buru mengambil ponselnya. Haneul akan menghubungi Taehyung. Entahlah, wanita berpakaian putih itu sangat misterius sekaligus menakutkan.
"Tae angkat!" Haneul ketakutan. Taehyung tak mengangkat teleponnya.
Berkali-kali ia menghubungi Taehyung tapi tetap saja tak ada jawaban. Haneul kembali mengintip keluar, wanita tadi sudah berpindah ke depan gerbang. Dan Haneul tidak mengunci gerbang rumahnya.
"Ya Tuhan ... tolong aku." Haneul bergumam sambil terus menelepon Taehyung dan beberapa kali orang tuanya. Tapi mereka sama sekali tak merespon.
Haneul semakin ketakutan. Air matanya luruh begitu saja. Tapi ia terus mencoba menelepon Taehyung hingga akhirnya pria itu mengangkatnya.
"Tae pulang." Suaranya bergetar.
"Kenapa?" Diseberang sana Taehyung kebingungan.
"Pulang sekarang ... hiks~"
"Kau baik-baik saja, Haneul-ah?" tanya Taehyung yang terdengar seperti panik. Mungkin karena isakan Haneul tadi.
"A-aku takut ...."
Ttutt ....
Sambungan telepon terputus. Taehyung yang menutupnya. Mungkin pria itu langsung bergegas pulang.
Haneul duduk di dekat meja di pojok kamar. Ia terus merapalkan do'a dan berharap wanita di depan rumahnya itu pergi. Haneul sudah tak berani mengintip keluar, terakhir kali ia lihat, wanita itu sudah memegang gerbang dengan tangan kanan dan tangan kirinya yang memegang pisau. Payung hitamnya juga dibiarkan tergeletak di aspal.
Lima belas menit berlalu.
Haneul sudah dapat mendengar suara mobil suaminya. Padahal jarak antara kantor dengan rumah ini sekitar dua puluh menit, tapi Taehyung sampai hanya dalam waktu sepuluh menit saja. Mungkin karena ini malam hari, jadi jalanan tidak macet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
FanfictionMereka bersatu karena sebuah ikatan perjodohan. Tak ada yang dapat menolak permintaan itu. Mereka sama-sama tidak saling mencintai. Tapi wanita berusia 24 tahun ini selalu berusaha untuk menumbuhkan rasa cintanya kepada sang suami. Tapi, semuanya te...