31 | penyesalan

34.5K 4K 624
                                    

✨ happy reading ✨
__________________________

Suasana masih tegang tegangnya. Tidak ada yang mau menghentikan Dion yang terus memukuli Rama. Bahkan Jeje hanya menatap datar ke arah mereka.

Tiba-tiba Samuel terduduk di bawah Jeje seraya menangis. "Je, maafin gue, gue gak becus jadi Abang. Lo boleh pukul gue, lo bebas mau ngapain gue," ujar Samuel parau.

Jeje hanya menatap datar Laki-laki itu. Kalau Jeselyn mungkin akan mudah memaafkan, tapi ini Jeje. Hatinya tidak sehalus itu.

Dion sudah berhenti memukuli rama, Karena Rama sudah tidak sadarkan diri. Dion juga terduduk di bawah Jeje. "Maaf, maaf, maafin Abang Je, gue emang Abang gak berguna. Gue gak tau kalo Lo emang bukan yang bunuh Opa."

Jeje menaiki alisnya. "Bukannya Lo gak suka, kalo gue manggil Lo Abang? kenapa sekarang Lo sendiri yang nyebut diri Lo Abang di depan gue?"

Dion bungkam dengan kata-kata Jeje. "Maafin gue," ujarnya penuh penyesalan.

"Gue maafin orang dengan cara ngelupain mereka," ucap Jeje dingin.

Mereka mematung di tempat saat mendengar kata-kata Jeje. Tidak! Mereka tidak ingin di lupakan oleh Jeje. "Jeselyn, maafin Papa. Papa menyesal dengan yang Papa lakuin ke kamu selama ini." Rio ingin menggapai tangan Jeje, tapi langsung di tepis kasar oleh Gadis itu.

"Menyesal eh?" Jeje bertanya sinis. "Terlambat! Anak lo udah mati," bentak penuh Jeje emosi.

"Tangan Lo itu yang mau nyentuh gue," bentak Jeje menunjuk tangan Rio. "Pake itu Lo bunuh dia."  Jeje menatap Rio tajam Rio.

Mereka diam mematung. "Jadi Lo bener bukan adik gue. Terus Dimana dia sekarang? Gue mau ketemu." Dion bertanya cepat.

Jeje terkekeh sinis."Dia di akhirat! kalo Lo mau ketemu dia, Lo harus gue bunuh dulu," ucap Jeje. "Gue cuma jiwa lain yang ngisi tubuh ini." Lanjutnya.

"Gak! Gak mungkin adik gue udah gak ada!" teriak Dion tak percaya.

"Lo inget terakhir kali bokap Lo itu nyiksa si Jeselyn di gudang? Itu dia udah gak ada bangsat!" bentak Jeje kepada Dion.

Mereka semua terduduk lemas, kecuali Citra yang hanya menampilkan ekspresi datarnya. Bahkan Sarah sudah pingsan tidak kuat menerima kenyataan ini.

Jeje menatap Rio yang saat ini tengah melihat tangannya yang bergetar. "A-aku sudah membunuh anakku sendiri," matanya menatap tangannya dengan pandangan kosong.

"Ya! Lo udah bunuh darah daging Lo sendiri! Dasar bodoh, mati aja Lo Sono!" ucapJeje sinis. "Hewan gak pembenci. Dan Lo seharusnya lebih baik dari mereka," bentak Jeje yang masih tidak terima perlakuan Rio terhadap Jeselyn selama ini.

Rio bungkam dengan kata-kata Jeje. Percayalah, dia saat ini sangat menyesal atas perlakuannya kepada anaknya sendiri. Kalau saja bisa memutar waktu, dia ingin membahagiakan anaknya.

"Ini semua belum selesai." Jeje berujar dingin.

Dia langsung memanggil temannya yang ada di luar mansion untuk segera masuk. Dia zio yang kemarin membantunya. "Bantu gue bawa mereka," ucapnya menunjuk Rama dan Desi.

Zio mengangguk, dia membawa Rama yang sudah pingsan. Sedangkan Desi, dia di bawa oleh Jeje.

Jeje melajukan mobilnya ke arah tempat yang semalam di pakai untuk menyekap Rama dan Desi.

Zio saat ini ikut dengan Gadis itu. "Kemana Je?" tanya Zio yang tidak tahu jalan yang di lewati Jeje.

"Rahasia."

Zio mendengus kesal. Setelah menempuh waktu beberapa menit. Jeje sudah sampai di tempat kemarin. "Bawa dia kedalem," ujar Jeje kepada zio.

Mereka membawa Desi dan Rama kedalam ruangan kemarin. Jeje langsung meletakkan mereka di sana, setelah itu dia keluar dengan Zio. "Lo pergi aja, gue aman disini."

Strong Girl TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang