"Tadashi, ini Prof. Akando, salah satu guru besar Harvard University, dosen yang mengajar di salah satu mata kuliah yang kuambil, sekaligus pria yang akan membantumu keluar dari permasalahan ini."
Tadashi meneliti penampilan pria berambut gondrong bernama Akando itu. Ia mengenakan semacam gamis berwarna beige dengan sandal gladiator pendek berbahan kulit yang modelnya sedikit kuno. Kedua matanya sipit dengan warna kulit gelap, rahang dan dagunya tegas. Jika dibandingkan dengan guru besar Harvard University, pria ini lebih terlihat seperti dukun suku Indian yang tidak sengaja melakukan penjelajahan waktu dan tersesat di masa depan.
Pemuda itu mengerjap, membuang jauh-jauh pemikiran konyolnya, kemudian tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Tadashi Reyes."
"Please, call me Akando." Pria itu menyambut uluran tangan Tadashi. Suaranya berat dan sedikit serak, khas pria tua, dengan aksen yang tidak pernah Tadashi dengar sebelumnya.
"Haruskah kita mulai sekarang?" tanya Noah pada Prof. Akando.
"Ya, itu lebih baik. Proses pengangkatannya harus dilakukan sebelum matahari terbenam," jawab Prof. Akando. Tadashi sedikit terkejut dan kikuk. Hal apa yang akan mereka mulai saat ini juga? Apa mereka berdua tidak akan memberikannya penjelasan terlebih dahulu?
"Apakah tidak ada yang mau menjelaskan padaku sebelumnya? Apa yang sebenarnya akan kita lakukan di sini?" Akhirnya, Tadashi memberanikan diri untuk bertanya.
Noah tersenyum. "Prof. Akando akan membebaskan jiwamu dari mimpi-mimpi buruk itu."
"I know, but ... nevermind." Ya, Tadashi tahu akan hal itu, tapi, hal spesifik apa yang akan Prof. Akando lakukan padanya? Ia ingin bertanya lebih jauh, tetapi ia tidak ingin pria tua itu tersinggung karenanya. Dengan banyak bertanya, Tadashi akan terkesan tidak memercayainya, 'kan?
Prof. Akando meraih punggung Tadashi, menuntunnya untuk berjalan sesuai instruksinya. "Duduklah di batang kayu itu."
Tadashi menurut. Pemuda berambut sewarna langit malam itu duduk di salah satu batang kayu, tepat di depan pohon besar dengan banyak ukiran lambang-lambang kuno. Prof. Akando mengambil mangkuk yang terbuat dari tempurung buah kelapa dengan banyak pola-pola tribal di permukaanya, kemudian menyerahkannya pada Tadashi. Pemuda itu menerimanya.
"Kau sudah berpuasa, 'kan?" tanya pria tua itu.
Tadashi mengangguk. "Yeah, aku terakhir makan sesuatu kemarin malam."
"Kalau begitu, minumlah!"
Tadashi mengintip sesuatu yang ada di dalam mangkuk itu. Di sana terdapat sup berwarna hijau pucat, seperti sup bayam. Tidak ingin membuang waktu, pemuda itu mendekatkan mangkuk tersebut ke mulutnya. Namun, ketika sudah berada semakin dekat dengan hidungnya, Tadashi refleks mengerutkan dahi. Tidak, ini bukan sup bayam, tetapi seperti campuran sup krim jamur yang sudah basi ditambah sedikit aroma ketiak kakeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [END]
Fantasia🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...