61 | The Long Night [Part 8]

407 120 33
                                    

Setelah mendengar cerita Evelyn, Tadashi menoleh pada api unggun di dekat Dakota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendengar cerita Evelyn, Tadashi menoleh pada api unggun di dekat Dakota. Di antara ranting kayu, ia melihat benda berwarna hitam keunguan yang besarnya sekitar dua kepalan tangan manusia. Ketika diperhatikan lebih dekat, benda itu berdenyut-denyut seperti hidup. Robert baru saja mengumpulkan ranting-ranting di sekitar. Ia melemparnya satu per satu ke api unggun agar tetap menyala.

"Jadi ... kalian sedang berusaha membakar jantungnya?" tanya Tadashi.

Evelyn mengangguk. "Kami sudah membakar jantungnya entah berapa lama, tetapi benda ini seperti tahan api. Lihatlah! Bahkan meleleh atau gosong pun tidak."

Andrian melirik arloji di lengan kirinya. "Aku menghitungnya. Mungkin sudah sekitar ... lima belas menit?"

"Let me help," ujar Noah sambil mendekat ke api unggun. "Mungkin kemampuanku bisa membantu."

Suara dedaunan yang bergesekan di semak belukar mengalihkan atensi mereka. Kagumi, Noah, dan Tadashi mengambil posisi di barisan depan, bersiap untuk mengaktifkan kemampuan masing-masing. Andrian pun bersiap dengan pistolnya ketika terdengar langkah berat dari arah hutan. Ranting-ranting saling bergesekan dan patah. Tampak siluet yang bergerak di antara kegelapan, wujudnya perlahan-lahan semakin jelas berkat cahaya dari api unggun. Mereka berempat menurunkan pertahanannya ketika menyadari bahwa itu bukanlah Wendigo, melainkan seseorang yang juga bagian dari mereka.

Kele berjalan tertatih-tatih dan meringis. Ia menyeret langkah sambil mencengkeram lengannya yang bersimbah darah. Dengan segera Noah dan Tadashi memegangi sang jendral untuk membantunya berjalan.

"Makhluk itu ... tahu ... kalau jantungnya ... tidak ada padaku," lirih Kele di sela-sela napasnya. "Dua anggota suku yang bersamaku tewas ... makhluk itu mengejarku ... pergilah dari sini." Ucapannya terputus ketika dirinya tiba-tiba memejamkan mata dan limbung. Noah segera menangkapnya sebelum pria itu jatuh ke tanah. Dibaringkannya Kele di tanah setelah pria itu tidak sadarkan diri.

Lolongan binatang buas kembali terdengar dari kejauhan, disusul oleh suara langkah kaki yang begitu cepat dan berat. Semua yang mendengarnya tentu panik, termasuk Akando. Ia mencengkeram lengan Tadashi dan berkata cepat, "Pegangi tubuhku! Aku akan mengobatinya!"

Dengan bantuan Tadashi, Akando yang kondisi fisiknya semakin memburuk pun berlutut di samping Kele. Dengan sisa kemampuannya yang ada, ia mengeluarkan dedaunan herbal dari telapaknya, kemudian menutupi luka cabikan di lengan Kele dengan itu. Napas sang jendral terlihat lebih tenang setelah sensasi sejuk menyerap masuk ke dalam kulit dan dagingnya. Tanaman rambat menyembul keluar dari dalam tanah, kemudian melilit lengan Kele hingga seluruh lukanya tertutup.

Akando mendongak, menatap burung gagak dalam pangkuan Kagumi. Ia mengangkat tangan dan turut membalut sayap makhluk itu dengan tanaman herbal, kemudian melapisinya dengan sulur tanaman. Daitengu dalam wujud gagak kini menjadi lebih tenang. Dibantu dengan kemampuan Akando, makhluk itu dapat memulihkan diri lebih cepat.

Dream Walker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang