56 | The Long Night [Part 3]

403 111 36
                                    

"Sekarang, apa kau sudah siap untuk bertempur kembali?" tanya Tadashi pada Noah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekarang, apa kau sudah siap untuk bertempur kembali?" tanya Tadashi pada Noah.

Noah menggigit bibir, lalu mengangguk mantap. Tadashi kembali terpejam. Ketika membuka mata, dirinya kembali ke medan perang. Keriuhan pertempuran kembali menusuk indra pendengarannya. Noah yang berpangku pada kedua tangannya turut membuka mata sambil tersentak. Dengan cepat ia mengegakkan tubuh. Tadashi bangun, lalu memapah tubuh pemuda berambut pirang itu untuk membantunya berdiri.

Entah sudah berapa lama Tadashi pergi ke alam mimpi untuk menyelamatkan Noah. Ketika mengedarkan pandangan ke sekitar, Tadashi seketika merasa ngeri ketika melihat nyaris setengah dari prajurit suku Indian tergeletak begitu saja di rumput dengan mata terpejam.

"Aku akan membangunkan mereka satu per satu. Kembalilah mengeluarkan api dari tanganmu!" seru Tadashi pada Noah sambil berlari menghampiri tentara suku Indian yang tertidur di tempat yang paling dekat dengannya. Noah mengangguk, ia kembali fokus pada Wendigo dan mencoba melumpuhkan makhluk haus darah itu dengan kemampuannya.

Daitengu masih menahan katana-nya agar tetap menancap di leher Wendigo. Kagumi berkedip beberapa kali untuk mengusir rasa kantuk. Tangannya terasa semakin lemas, sampai-sampai nyaris kebas. Di titik ini, wanita itu mulai kesulitan menahan tangan dan kaki Wendigo dengan rantai bayangan yang dibuatnya.

"Aku tidak dapat menahannya lagi!" teriak Kagumi putus asa.

Daitengu mendengar teriakannya. Spontan, makhluk bersayap itu menoleh. Ia bisa saja menyelamatkan wanita itu dari sihir Wendigo. Namun, untuk melakukan itu, dirinya harus berhenti menahan katana-nya dan terbang menghampiri Kagumi.

Kagumi berteriak pada Daitengu. "Apa pun yang terjadi, jangan lepaskan katana-mu dari makhluk itu!"

Daitengu menggeram putus asa. Ia tidak bisa membiarkan Kagumi tumbang. Jika wanita itu tertidur, Akando akan kesulitan menahan tangan dan kaki makhluk itu sendirian. Namun, jika ia pergi menolong Kagumi, ia perlu melepas katana di leher Wendigo, dan makhluk haus darah itu semakin sulit dikendalikan. Pejuang suku Indian yang menyerang dari jarak dekat akan terkena imbasnya.

Kagumi telah menunduk dan memejamkan mata. Meskipun begitu, wanita itu tetap berdiri begitu gagahnya dengan kedua tangan yang terbuka, bergetar hebat untuk menahan rantai bayangannya. Daitengu tidak memiliki pilihan lain. Ia melanggar perintah Kagumi, melepas katana-nya yang masih terhunus di leher Wendigo, lalu membopong tubuh Kele dan dua tentara suku Indian yang tertidur di dekatnya. Daitengu terbang, memindahkan ketiganya ke tempat aman.

Kemudian, ia melesat menuju wanita itu. Kagumi masih berdiri tegak, berjuang untuk tetap sadar. Ia berusaha keras untuk membuka mata, tetapi kini irisnya telah hilang. Daitengu hanya melihat sepasang mata berwarna putih milik Kagumi. Mengetahui bahwa wanita itu telah berada dalam batas antara tidur dan sadar, Daitengu meletakkan kedua jempolnya di pelipis Kagumi, lalu merapalkan mantra untuk menolong wanita itu.

Dream Walker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang