28 | Fear [Part 1]

633 181 48
                                    

"Tadashi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tadashi ...."

Pemuda itu membuka kelopak matanya yang terasa berat, kemudian dengan cepat memejamkannya kembali ketika melihat cahaya menyilaukan. Alisnya bertaut, ia mengangkat tangan untuk meminimalisir cahaya yang akan ditangkap oleh korneanya.

"Get up, Tadashi ...."

Suara parau samar-samar itu mengalihkan atensinya. Dalam posisi berbaring di antara rerumputan, Tadashi melihat wajah sang kakek menutupi matahari yang sangat terik. Pria tua itu mengulurkan tangan dan Tadashi menyambutnya. Dakota menarik tubuh cucunya hingga bangkit dan berdiri di sebelahnya. Pemuda beretnik asia-kaukasia itu sedikit linglung, ia mengerjap beberapa kali untuk mengusir pening di kepalanya, kemudian menyapukan tanah dan kerikil di celana piyamanya.

"Di mana kita? Ke mana perginya bulan yang tadi kulihat di luar jendela?" tanya Tadashi.

"Ini tempat yang sama seperti mimpimu beberapa hari lalu. Badai salju itu telah pergi," jawab Dakota.

Kedua alis Tadashi terangkat. "Aku bisa bermimpi tanpa harus tidur terlebih dahulu?"

Dakota mengangguk. "Kau seorang dream walker. Dengan sedikit latihan, masuk dan keluar dari alam mimpi adalah sesuatu yang sangat mudah bagimu."

Kemudian Tadashi melirik sosok kakeknya dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Dan mengapa kini kau tidak berwujud kucing lagi?"

"Kau yang memberiku wujud ini. Mengapa tidak kau tanyakan saja pada dirimu sendiri?"

Tadashi bergeming sejenak. "Ketika aku mulai tak sadarkan diri, aku melihat wujudmu mengalami distorsi, dan aku mati-matian ingin mengembalikan wujudmu kembali seperti sedia kala." Pemuda itu mengedikkan bahu. "Dan sekarang, wujudmu kembali normal dan aku lumayan merasa lega."

"Alam bawah sadarmu memberiku tubuh ini sesuai dengan apa yang ada di kepalamu." Dakota tersenyum dan menepuk pundak cucunya. "Itu artinya, kau sudah memiliki kesadaran untuk mengendalikan mimpimu sesuai dengan apa yang kau inginkan, meskipun untuk detail yang sangat kecil."

Mendengar ucapan kakeknya, binar cerah muncul di kedua netra pemuda itu. Tanpa sadar, senyumnya mengembang.

"Let's take a walk!" ajak Dakota.

Tadashi mengangguk, ia berjalan di samping sang kakek sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling padang rumput yang tidak asing baginya. Terdengar rerumputan yang saling bergesekan ketika keduanya melangkah. Aroma embun pagi dan hangatnya sinar matahari membuat Tadashi rileks, ia menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya, kemudian mengembuskannya lewat mulut.

Dakota melirik cucunya yang terlihat sedang menikmati keadaan sekitar, kemudian tersenyum kecil. Wajar saja, di dunia nyata, Tadashi terlalu sering berkutat dengan kemacetan, serta polusi dan asap-asap kendaraan. Hanya di dalam mimpilah cucunya dapat menjernihkan suasana hati dan pikiran dengan menikmati alam.

Dream Walker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang