52 | A Moment Before The Chaos [Part 2]

428 120 44
                                    

Kagumi memimpin jalan memasuki Queens Forest Park, melangkah di atas jalan setapak di antara pepohonan di kanan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kagumi memimpin jalan memasuki Queens Forest Park, melangkah di atas jalan setapak di antara pepohonan di kanan kirinya. Hutan kota pada malam ini rupanya tidak banyak didatangi pengunjung, berhubung dua jam lagi akan tutup. Namun, Kagumi tidak memiliki rencana lain. Hanya di tempat inilah mereka akan mendapatkan perlindungan terbaik. Dengan berada di dekat pohon sakral tersebut, dirinya dan Tadashi dapat menggunakan potensinya lebih maksimal.

Setelah berjalan kurang lebih sepuluh menit, mereka sampai sebuah area kosong di tengah hutan. Di tengah area tersebut terdapat pohon yang tidak ditumbuhi daun sehelai pun, meskipun pepohonan di sekitarnya memiliki daun yang lebat. Di sekitarnya terdapat beberapa batang pohon sisa penebangan. Masyarakat New York yang tidak mengetahui asal usul pohon sakral biasanya menggunakan lahan ini sebagai tempat piknik. Hal itu dibuktikan oleh tumpukan ranting yang sebagian sudah menjadi abu. Gerombolan pengunjung pernah membuat api unggun di tempat ini.

Entah hanya efek plasebo atau memang benar adanya, Tadashi merasakan sesuatu yang asing pada dirinya, seperti dipengaruhi oleh aura kuat yang menguasai tempat ini. Kagumi pun merasakan hal yang sama, tetapi tidak dengan yang lainnya. Di tempat ini, ibu dan anak itu merasa sedikit lebih optimis dan berenergi daripada sebelumnya.

"Jadi ... inilah pohon yang ibumu maksud, Tadashi?" tanya Robert pada sahabatnya ketika melihat pohon besar tanpa daun itu. "Well, pantas saja tidak ada yang mengetahui soal ini. Orang awam akan menganggap lokasi ini adalah tempat piknik biasa."

Alih-alih Tadashi, Kagumi-lah yang menjawab pertanyaan Robert. "Ya. Itu sebabnya kehadiran esper di kota ini tidak banyak diketahui orang. Sekalipun kami datang kemari bersama-sama, tidak ada yang akan mencurigainya."

Gagak yang bertengger di bahu wanita itu mengepakkan sayap, kemudian terbang ke atas. Kedua sayapnya melebar belasan kali lipat, begitu pula dengan tubuhnya yang perlahan berkembang dan berubah menjadi sesosok makhluk jangkung berwarna merah. Seperti biksu, makhluk itu mengenakan semacam kain putih yang dibalut di sekujur tubuh. Katana tersampir di pinggangnya. Dengan kedua kakinya yang kuat, Daitengu mendarat di tanah, tepat di samping Kagumi. Matanya menyala merah. Kepakan sayapnya membuat dedaunan kering di sekitar beterbangan. Robert dan Evelyn masih tidak terbiasa dengan kehadiran makhluk menyeramkan itu. Tanpa sadar, mereka mundur dan menutup wajah dengan kedua tangan, mencegah debu dan dedaunan terbang mengenai mata.

"Aku dan Daitengu akan mempersiapkan tempat ini. Kami perlu merapalkan beberapa mantra," ujar Kagumi pada Tadashi. Kemudian, wanita itu menoleh pada suaminya. "Jagalah Dad. Keadaannya yang sekarang tidak memungkinkan untuk bertarung. Ketika pertempuran telah dimulai, bawalah ia ke tempat aman."

Andrian yang sedang memapah Dakota dengan satu tangan mengangguk.

"Berhati-hatilah," ucap Dakota parau.

Kagumi tersenyum, lalu mengangguk. Wanita itu kemudian mengangkat tangan. Dibantu oleh Daitengu, ia mulai melafalkan mantra perlindungan. Bibirnya berkomat-kamit, tangannya terpejam.

Dream Walker [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang