Tadashi Reyes kembali ke sekolah. Sejak jam pelajaran pertama, pemuda berambut sewarna langit malam itu mencuri-curi pandang ke arah jendela, mengamati objek apa saja yang bergerak di sana, seperti petugas kebersihan sekolah atau burung yang hinggap di dekat sana. Terkadang ia mencoret-coret textbook di mejanya dengan pensil, seperti menambahkan kacamata hitam dan memakaikan baju hip hop pada potret George Washington, salah satu tokoh Revolusi Amerika, sekaligus presiden pertama di negaranya. Menyadari bahwa perbuatannya tidak pantas, ia terkekeh, kemudian mengambil penghapus untuk menghilangkan jejak kebosanannya.
Ya, Tadashi tidak pernah merasa sesuntuk itu dalam hidupnya. Ketika menyadari bahwa fokusnya pecah, ia kembali menaruh atensi pada guru Sejarah Amerika di depan kelas. Acap kali ia mengerjap untuk mengusir kantuk, tetapi kedua kelopak matanya tetap terasa berat. Tiap kali melirik jam dinding, waktu hanya berjalan sekitar lima menit. Pemuda beretnik asia-kaukasia itu mendengkus kesal.
Ah, mengapa jam pulang sekolah lama sekali?
Akhirnya, hari yang panjang ini berakhir, bel pulang sekolah berbunyi. Jarum jam pendek di dinding kelas tepat mengarah ke angka tiga. Tadashi dan seluruh murid di dalam ruangan buru-buru merapikan buku dan alat tulis, kemudian bergegas meninggalkan kelas.
Kali ini, ia tidak pulang bersama Robert, dikarenakan sahabatnya itu sedang disibukkan dengan tugas dari kelas yang lain. Ketika sedang berkendara, pemuda itu terhalang lampu merah. Janjinya bersama sang kakek masih nanti malam, dan ia pasti dirundung kebosanan jika hanya berdiam diri di rumah. Maka, ia berpikir untuk mampir ke suatu tempat sebelum pulang. Tadashi mengingat pesan Dakota untuk tidak berkeliaran di tempat yang sepi, mengingat Akando masih mengincar sebagian kekuatannya yang tersisa.
Lampu merah kini telah berganti hijau. Tadashi tersenyum, ia membelokkan kuda besinya berlawanan arah dengan jalan yang biasa ia tempuh untuk pulang.
"Aku tahu tempat yang cocok untuk menjernihkan pikiran."
*****
Tadashi Reyes duduk di taman kota yang sangat luas dengan danau di pusatnya. Banyak pepohonan rindang di sisi taman. Central Park sore ini tidak terlalu terik, sehingga masyarakat New York yang jenuh berada terlalu lama di dalam ruangan akan mengunjungi tempat ini untuk menjernihkan pikiran, termasuk dirinya. Di sana, banyak muda-mudi dan keluarga kecil yang duduk di rumput, menikmati kudapan ataupun hanya sekadar mengobrol. Tadashi mencari lokasi di pinggir taman yang tidak terlalu ramai, kemudian duduk di bawah pohon dan mengeluarkan ponselnya. Ia memotret pemandangan di hadapannya, kemudian mengunggahnya ke Instagram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [END]
Viễn tưởng🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...