Tadashi dan Evelyn kembali ke area pohon sakral Queens Forest Park. Robert sedang duduk bersila bersama Dakota. Kagumi dan Andrian berdiri di hadapan mereka. Ketika dua remaja itu sudah dekat dan dapat melihat pemuda berambut merah itu lebih jelas, rupanya Robert sedang mengunyah. Dipegangnya cheeseburger ukuran besar di tangan kanan, sedangkan segelas cola digenggamnya dengan tangan kiri.
Robert menoleh ketika mendengar suara langkah kaki Tadashi dan Evelyn. "Oh, kalian sudah sampai."
"Sebaiknya kalian cepat mengisi perut sebelum mereka datang," ujar Andrian.
Evelyn kemudian bergabung bersama Robert untuk turut menikmati makan malamnya. Ketika Tadashi hendak mengambil posisi duduk di samping Evelyn, Andrian mencengkeram pergelangan tangan putranya. "Tapi tidak denganmu, Tadashi. Kau tidak boleh makan."
Tadashi terkejut. "What? Why? Tapi aku juga lapar!"
"Duduklah!" perintah Dakota sambil menepuk-nepuk rumput di hadapannya. Dengan wajah dongkol Tadashi mengambil posisi untuk duduk berhadapan dengan sang kakek. "Kapan terakhir kau makan?" tanya Dakota pada cucunya.
"Pagi tadi. Sudah lebih dari dua belas jam perutku tidak diisi apa-apa dan aku sangat lapar–" oceh Tadashi.
"Bagus, kau telah berpuasa." Dakota memotong ucapan Tadashi dengan tenang.
"Apanya yang bagus?" protes Tadashi.
Setelah mendesah panjang, Kagumi berkata, "Entahlah, Dad, aku masih merasa ini bukan ide yang bagus." Wajah wanita itu terlihat khawatir.
Tadashi menengadah, menatap sang ibu yang berdiri di sampingnya. "Apanya? Apa yang kalian bicarakan?"
Dakota menepuk bahu cucunya. "Kau tahu aku tidak bisa bertarung karena kondisiku yang lemah. Namun, kita tidak tahu sebesar apa bahaya yang menanti, dan aku tidak ingin mengambil risiko. Kagumi pasti membutuhkan bantuan seorang pemanggil petir." Kemudian pria tua itu tersenyum lemah. "Kau orang yang cocok untuk menggantikanku di medan perang, Tadashi."
"Apa?" Tadashi membelalak. Dakota hanya mengangguk dan kembali terseyum.
Evelyn mengernyit. Ia mendekat pada Robert dan menyikut lengan pemuda itu. Ketika Robert menoleh, Evelyn mengangkat alis lalu melirik Tadashi, seolah-olah bertanya apa maksud perkataan Dakota.
Setelah menelan makanannya, Robert menggeleng dan berbisik, "No idea. Aku baru sampai di sini beberapa menit yang lalu."
"Tapi ... aku hanya seorang dream walker dan tidak memiliki kemampuan sepertimu," ujar Tadashi.
"Aku bisa meminjamkan kemampuanku padamu. Ingat ritual yang dulu dilakukan Akando padamu?" tanya Dakota.
Refleks, Tadashi mengerutkan hidung, kemudian menjulurkan lidah dengan alis yang bertaut. "No, no, no. Bad idea! Aku ingat bagaimana rasa dan bau ramuan yang harus kusantap sebelum melakukan ritual. Aku tidak mau melakukannya lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [END]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...