Siang ini, Tadashi Reyes melewatkan makan siang bersama Robert dan lebih memilih melakukan konseling untuk yang kedua kalinya. Sebelum mengunjungi ruang konseling, pemuda itu membeli sandwich tuna dalam kemasan di kafetaria, berharap bisa menikmatinya di sisa waktu istirahat makan siang.
Benar saja, terdapat sisa waktu kurang dari sepuluh menit sebelum bel jam pelajaran selanjutnya berbunyi. Tadashi membuka pintu ruang konseling dengan senyum yang merekah, kemudian menutupnya kembali dan berjalan cepat menuju kelas sambil mengunyah tuna sandwich yang dibelinya beberapa saat lalu. Tangan kirinya memegang sekitar lima lembar brosur universitas.
Sesampainya di kelas, ia berjalan menuju meja belakang, tempat di mana Robert mengobrol dengan murid laki-laki lainnya. Ketika Robert menoleh dan melihat Tadashi kembali ke kelas, pemuda berambut merah itu mengulas seringai kecil.
"Bagaimana sesi konselingnya?" tanya Robert yang kini memutar posisi tubuhnya menghadap Tadashi.
Tadashi tidak menjawab. Ia menaruh ransel di meja depan Robert, kemudian meletakkan brosur-brosur universitas di atas meja sahabatnya. Pemuda berambut merah itu mengambil dan memindai cepat lembar demi lembar.
"Jurusan Seni?" Robert mengambil kesimpulan.
Tadashi mengangguk. Ia mendaratkan bokongnya di kursi, tetapi dalam posisi menghadap ke belakang. "Yeah. Ada sekitar lima universitas bagus di Amerika yang memiliki program sarjana untuk Jurusan Seni." Kemudian ia mengambil brosur yang didominasi oleh warna biru tua. "Dan ini yang terbaik!"
Robert mengambil brosur yang ada di tangan Tadashi, kemudian kedua netranya membola. "Yale School of Art?"
"I know, right?" ucap Tadashi dengan suara tinggi sebagai bentuk antusiasme yang besar.
"Kau yakin dengan pilihanmu?" tanya Robert.
Tadashi mengangguk lagi. "Beberapa hari ini aku banyak merenung, aku juga berbicara dengan Dad yang dulu berkuliah di jurusan yang sama."
"Lalu?"
"Beliau memberiku pencerahan soal--"
"No, no, no. Maksudku ini." Robert mengangkat brosur Yale School of Art. "Kau yakin akan memilih Yale lagi bukan karena Evelyn?"
"Yeah." Buru-buru Tadashi mengoreksi ucapannya. "I mean, no! Aku--"
"Evelyn what?"
Obrolan Tadashi dan Robert terhenti, keduanya menoleh ke arah meja yang letaknya tidak jauh dari mereka. Di sana, Evelyn Rogers berdiri bersandar pada sisi meja sambil melipat tangan di dada bersama dua murid perempuan yang sedang mengobrol. Gadis berambut hitam pendek itu melirik mereka secara bergantian sambil mengunyah permen karet. Alisnya bertaut.
Robert tidak kalah gelagapannya seperti Tadashi. Ia melirik sahabatnya, memberikan semacam kode dari matanya yang bisa diartikan sebagai 'maafkan aku dan mulut besarku, aku tidak tahu Evelyn ada di sana'. Namun, Evelyn tidak merasa terganggu dengan itu. Gadis itu berjalan menghampiri meja Robert. Ia mengambil dan melihat-lihat brosur universitas yang dibawa Tadashi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [END]
Fantasy🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...