"Yeah, I'm a sorcerer supreme now."
Satu minggu berlalu tanpa terasa. Sejak mengetahui jati diri sang ibu, Tadashi dapat sedikit bernapas lega. Kagumi adalah wanita hebat yang akan melindunginya, baik dari Wendigo maupun Akando. Jangan lupakan Dakota yang juga merupakan seorang pemanggil petir keturunan suku Indian. Tadashi bisa kembali fokus pada pendidikannya.
Hari ini bisa dibilang spesial bagi Tadashi, karena Yale School of Art akan mengumumkan penerimaan mahasiswa baru lewat website. Sejak pagi tadi, pemuda itu merasa sangat gelisah sampai-sampai tidak bisa berkonsentrasi melakukan apa pun. Ini adalah kesempatan terakhirnya. Jika gagal, ia harus berjuang kembali dari awal.
Untuk mengurangi rasa cemas yang dirasakan Tadashi, Robert berinisiatif untuk mengajak sahabatnya pergi menghirup udara segar. Pemuda berambut merah itu juga turut mengajak Evelyn. Awalnya, mereka berniat mengunjungi Central Park. Namun, tiba-tiba saja langit menjadi tidak bersahabat. Gumpalan kapas mendung menutupi cahaya matahari, diikuti oleh air hujan yang susul menyusul jatuh ke daratan, semakin deras hingga ketiganya tidak mungkin keluar dari dalam mobil.
"Hujannya semakin deras," ujar Robert ketika Mercedes-Benz putihnya terjebak lampu merah. Terdengar rintik-rintik hujan baik di kaca maupun atap mobil. Kedua tangannya menggenggam kemudi. "Perubahan rencana. Kita tidak bisa pergi ke lokasi outdoor."
"Dang! Sialnya kita," gerutu Tadashi di bangku penumpang depan. Rona di wajahnya semakin keruh. Ia setuju pergi ke luar rumah untuk menenangkan pikiran, tetapi benang kusut di dalam kepalanya malah semakin menjadi.
Evelyn duduk tegak di kursi belakang, menempatkan tubuh di antara dua kursi depan. "Hei, hei, ada apa dengan wajahmu? Kau sudah memikirkan soal kuliah selama lima hari dalam seminggu. Sekarang akhir pekan, biarkan otakmu beristirahat! Jangan biarkan hujan di luar merusak suasana hatimu."
"Yeah, Ev benar. Aku tahu kau tegang, but chill, Man. We know you'll pass," ujar Robert.
"Dan jika kau lulus, kami akan menemanimu berkendara ke Yale untuk interview terakhir," tambah Evelyn.
"Sounds like a plan!" seru pemuda berambut merah itu, sedikit antusias.
"Yeah ... that's the plan, at least," ucap Tadashi datar.
Lampu lalu lintas kembali hijau. Robert menginjak pedal gas, membawa mobil mewahnya tanpa arah dan tujuan. Namun, hal itu tidak sepenuhnya buruk. Kota New York yang dilanda hujan dengan intensitas sedang cukup menarik untuk dinikmati. Beberapa pejalan kaki dengan pakaian tebal menyeberang dengan payung. Berbagai kendaraan bermotor melaju lebih lambat dari biasanya, tidak ingin mengambil risiko untuk memercikan kubangan air ke sekitar. Akibat langit yang mendung, lampu-lampu pertokoan dan perkantoran terlihat menyala lebih terang, membuktikan bahwa New York memang kota yang tidak pernah beristirahat.
"Anyway, how's your work, Ev? Mengapa kau bisa ikut dengan kami? Apa kau cuti hari ini?" Robert memecah keheningan.
"Apa aku belum bilang? Aku tidak lagi bekerja sambilan sejak bulan lalu," jawab Evelyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Walker [END]
Fantasía🏆 The Wattys Winner 2022 (Wild Card) 🏆 Wattpad Ambassadors ID's Pick 2024 🏆 Reading List WIA Indonesia Periode 3 Konon, seorang dream walker hanya terlahir satu di setiap generasi. Selama ini, Tadashi Reyes menyangka kemampuannya yang langka ada...