Dengan emosi yang meledak-ledak, Dania melemparkan sendalnya ke sembarang arah, meremas kuat kantong plastik hitam berisi bungkusan-bungkusan kecil bagelen yang mulanya hendak ia bagikan ke seluruh tetangga sekitar rumah, dan nyatanya hanya berhasil terbagikan ke sebagian tetangga saja.
Dia beneran sakit hati waktu denger salah satu tetangganya yang nyeletuk, "Ih apaan sih kayak gini doang dikasih-kasih. Ganggu waktu orang buat istirahat aja".
DANIA CUMA MENYITA WAKTU MEREKA SEKITAR SEPULUH DETIK AJA KOK BUAT NERIMA SEBUNGKUS BAGELEN. MEMANGNYA DENGAN BEGITU, MEREKA NGERASA SANGAT TERGANGGUKAH?!!!!!
Aneh banget jadi manusia. Segitu susahnya ya menghargai manusia lain? Mereka kan bisa ngomong pelan-pelan atau nunggu Dania udah jalan jauh. Kayaknya emang sengaja biar Dania denger nggak sih?
Gara-gara satu omongan tadi, Dania jadi berhenti membagi-bagikan bagelennya dan memilih untuk pulang, padahal baru empat atau lima tetangga saja yang sudah menerima pemberiannya. Dania hanya merasa takut, kalau ternyata tetangga yang lain juga keberatan. Padahal bagelennya nggak dikasih racun sama sekali, masih enak juga pas Dania cobain. Kalau dipikir-pikir, letak kesalahannya dimana?
Kayaknya letak otak mereka aja sih yang salah.
Ah, entahlah. Merenungkan letak otak manusia-manusia lain nggak bakal bikin Dania jadi orang kaya. Untuk memperbaiki moodnya, lebih baik Dania menonton video anak-anak dikejar badut Oppo ketimbang harus pusing-pusing memikirkan hal tidak jelas. Lagian ini hanya emosi sesaat, Dania yakin harinya tidak akan seburuk itu jika ia melupakan kekesalannya saat ini.
Tapi saat ingin membuka file video, Dania lagi-lagi teringat aktanya Andaru Julio Renoputra.
Emang nih ya si Andaru kayaknya nggak pengen banget Dania bisa menonton video badut Oppo dengan tenang?! Dua kali buka hp tiba-tiba keingetan, dan ujung-ujungnya bikin dia malah nggak jadi nonton.
Oke, move on.
Dania akan mengikuti saran Saera. Sahabatnya itu menyuruh Dania untuk bertanya kepada teman sekelas Andaru, yang juga merupakan teman MPLS Dania saat awal-awal masuk SMA kala itu.
Dania Raifana:
CinDania Raifana:
PDania Raifana:
HaiDania Raifana:
CintyaCintya Lareta
Heh apaanCintya Lareta:
Nama gue Cinta bukan CintyaDania Raifana:
Lah emang iya ya? Kok dari dulu gue taunya CintyaDania Raifana:
Bentar gue ganti duluCinta Lareta:
CINTA YA, C-I-N-T-A, BUKAN CINTYADania Raifana:
Iya Cin, iyaaaDania Raifana:
Lo masih inget gue nggak?Cinta Lareta:
Yang waktu MPLS nahan kencing sampe keringet dingin kan? Gue simpen nomor lo karena ituCinta Lareta:
Abis pulang MPLS lo minta anterin ke toiletCinta Lareta:
Gue inget bangetDania Raifana:
Kok ingetnya itu sih CintyaCinta Lareta:
DIBILANGIN NAMA GUE CINTA
KAMU SEDANG MEMBACA
Numb
Teen FictionMungkin bagi sebagian orang, hari dimana kita tidak tahu harus melakukan apa itu selalu ada. Waktu terjadinya tidak menentu, entah jarang, sering atau bahkan hanya sesekali. Tapi bagi Dania, hari itu datang setiap waktu. Sebenarnya sih, hidup Dania...