Beberapa pasang sepatu sudah terlihat di depan Unit Kesehatan Sekolah atau orang-orang biasa menyebutnya ruangan UKS. Pengumuman mendadak tadi rupanya tak terlalu mengganggu ketertiban, murid kelas sebelas IPS lima yang memang mendapat giliran periksa kesehatan di waktu ini, satu persatu datang walau tadi sempat berpencar tanpa aturan.
Dania menghela nafas, menyadari dirinya akan kembali terlibat dengan masalah 'lepas sepatu'. Saera yang mengerti jadi menepuk-nepuk bahu Dania seolah memberikan semangat, membuat gadis mungil itu akhirnya yakin dan bergegas mencopot sepatu, mengikuti langkah Saera yang sudah lebih dulu membuka pintu UKS.
"Cuma sepuluh menit paling, nanti juga duduk kan. Nggak bakal keliatan-keliatan amat," ucapnya menenangkan. Dania hanya bergumam pelan sebagai balasan.
"Halo teman-temannn!" tiba-tiba, terdengar suara sapaan nyaring dari seseorang yang duduk lesehan diantara murid berbaju olahraga lainnya. Itu Agi, ia melambai-lambai riang pada Dania dan Saera seolah baru bertemu lagi setelah bertahun-tahun.
Ah, Agi memang seperti itu. Semenjak mereka tergabung dalam satu kelompok kemarin, Dania jadi tau bahwa Agi adalah sosok gadis yang menyenangkan. Dia selalu punya cara untuk membuat suasana tidak canggung walau beberapa kali sempat memberikan gurauan jayus, tapi setidaknya Agi mempunyai usaha untuk mengajak orang-orang di dekatnya berbicara. Agi berbeda dari Saera yang blak-blakkan dan terlalu mengungkapkan sesuatu secara terang-terangan, gadis itu tergolong lebih tenang juga mempunyai image pendengar yang baik.
"Kemana aja lu, Gi?" tanya Saera ikut duduk disamping Agi, dengan tangan kiri yang menarik Dania agar duduk bergabung bersama mereka.
Dania agak mengernyit saat Agi mendekat, membisikkan sesuatu kepada Saera membuat gadis itu langsung mencibir sambil memasang wajah muak. "Idih, malesin banget anjir. Lo kok mau-mau aja sih nemenin dia?" komentarnya pedas, dengan gaya julid khas Saera seperti biasa.
"Ck, jangan gitu ah. Lo kan pernah jadi temennya juga. Lagian dia nggak sejahat itu kok," kata Agi sedikit merasa tak terima dengan kalimat Saera barusan.
Dania yang menyimak itu hanya celingak-celinguk memandangi Saera dan Agi secara bergantian, aslinya tak terlalu peduli juga dengan pembicaraan mereka. Toh, kalau tau semuanya juga nggak bakal bikin dia jadi orang kaya, kan?
"WOI SEMUANYA, DENGERIN GUE YA. KAYAK BIASA, KITA BARIS SESUAI ABSEN. JADI BURUAN YANG ABSEN SATU KE DEPAN SINI, ABIS ITU ABSEN DUA BARIS DI BELAKANG ABSEN SATU DAN SETERUSNYA. NGERTI???" kata Alfath yang tau-tau sudah berada di depan, memberi sedikit arahan membuat suasana jadi hening sesaat. Walau setelahnya kembali riuh, murid kelas IPS lima sibuk mengatur posisi mereka.
Mau tak mau, Saera dan Agi mundur kebelakang, membiarkan Dania masuk ke barisan depan bersama anak-anak yang mempunyai nomor absen lebih awal. Sebelum itu, Agi sempat melambai-lambaikan tangannya pada Dania dengan penuh drama, kali ini ia membuat suasananya seolah mereka akan pindah dari bumi.
"Harusnya kita di depan ya, deketan dikit sama Dania gitu. Kan nama gue Dagita, terus lo Daera," Agi mendumel kesal, sepertinya koneksi mereka bertiga mulai terhubung. Hampir tiga puluh menit menghabiskan waktu bersama Dania di tempat fotokopi kemarin, Agi jadi bisa mengerti kenaifan Dania yang entah kenapa membuatnya merasa ingin lebih dekat. Seperti ada banyak sesuatu yang tak bisa Dania ekspresikan kepada orang-orang di sekelilingnya, dan menurut Agi itu cukup mengganggu.
Dania bukan tipe orang pendiam seperti orang-orang pendiam yang lain. Dia hanya... Ah sulit dijelaskan jika belum mengenal sosoknya dengan baik.
"Biarin aja anjir. Tiap pemeriksaan juga Dania ngantri di depan sendiri, terus guenya tetep disini," sahut Saera terdengar agak kejam. Mendengar itu, Agi jadi geleng-geleng kepala tak maklum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Numb
Teen FictionMungkin bagi sebagian orang, hari dimana kita tidak tahu harus melakukan apa itu selalu ada. Waktu terjadinya tidak menentu, entah jarang, sering atau bahkan hanya sesekali. Tapi bagi Dania, hari itu datang setiap waktu. Sebenarnya sih, hidup Dania...