18. To Be Someone

3 0 0
                                    

"Dania, go-food lo dateng noh!" seru Saera menegur Dania yang terlihat sedang menelungkupkan kepala diatas meja.

Ah, sebenarnya dia sudah begitu sejak jam istirahat berlangsung. Begitu guru yang mengisi jam pelajaran keluar, Dania buru-buru mengambil kesempatan untuk menaruh kepalanya yang entah kenapa terasa berat.

"Tolong bilangin gue nggak mau makan dulu, Sae. Suruh dia makan sendiri aja," kata Dania menyuruh Saera untuk menyampaikan itu kepada orang yang disebut 'go-food' tadi.

"Lo kenapa emang? Nggak enak badan?"

"Lagi nggak suci."

Saera tertawa mendengar itu, "Yaudah. Lo duduk aja, jangan kemana-mana," ucapnya sebelum beranjak menuruti perintah Dania.

Saera hafal seratus persen jika Dania sudah begitu, maka dia tidak akan beranjak kemana-mana, sedikitpun. Yaa, bukannya apa, dia hanya--ah nanti juga kalian akan paham.

Setelah sampai di depan pintu kelas, Saera langsung bicara pada orang yang sudah menunggu disana sejak tadi, "Kata Dania maaf Qi, dia nggak mau makan dulu," ujar Saera memandang Haqi yang jauh lebih tinggi di depannya, "Lagi agak mager gitu anaknya. Mungkin ngerasa nggak enak badan," imbuhnya membuat mata Haqi agak melebar kaget.

"Kenapa dia, Ra?"

"Gapapa sih. Cuma ya gitu lah. Lo kayak nggak tau Dania aja."

Haqi tersenyum kecil, namun binar matanya jadi meredup, "Iya juga sih. Yaudah, makasih banyak ya Ra. Gue duluan," katanya berpamitan. Saera hanya bergumam menanggapi, ia sedikit merasa bersalah kala menatap sorot kecewa Haqi.

Sebenarnya tidak sekali dua kali Dania seperti ini. Makanya setiap ingin mengantarkan makanan tanpa sepengetahuan Dania, Haqi selalu menunggu di depan kelas, sudah antisipasi kalau-kalau Dania menolaknya jika dia belum membalas chat seperti hari ini.

Kalau sebelum-sebelumnya lagi, Haqi pasti inisiatif ngomong dulu lewat chat, menanyakan apakah Dania mau dibawakan makanan ke kelas atau tidak. Tapi hari ini, Dania tak kunjung membalas chatnya dan membuat Haqi langsung datang ke kelas.

Memang dasar, kayak tuan putri.

Saera kembali masuk ke dalam kelas dengan ceria. Menghampiri tempat duduk di samping Dania yang kosong dan memutuskan duduk disana. Mengganggu Dania sebelum jam istirahat selesai sepertinya seru.

"Woi tukang bocor," tegur Saera membuat Dania agak menoleh dengan gerakan tak minat.

"Lo nggak boleh pembalut shaming," ujar Dania menasehati.

Saera terkekeh geli, "Apaan dah pembalut shaming. Makanya, lo tuh kalau make yang--"

"--Ck, jangan ngomongin itu disini sekarang," Dania akhirnya mengangkat kepala, menunjuk bangku di depan mereka menggunakan dagunya seolah memberi tau Saera jika mereka tak hanya berdua sekarang.

Ah iya benar, ada orang lain disana.

"Udah makan, Ra?"

Saera mendengus pelan mendengar pertanyaan itu, "Nggak usah nanyain hal yang nggak penting," balasnya sinis.

"Raaa, please jangan gini," rengekan orang itu membuat Dania jadi bergidik, merinding begitu saja karena dia benar-benar jarang mendengar cowok merengek seperti ini, "Lo masih marah karena gue ngeliatin cewek-cewek yang latihan paskibra?"

Danu Arrasya, orang yang disebut-sebut sebagai gebetan Saera di grup chat kelas tempo hari, dan dari situlah sebenarnya Dania baru tau tentang hal ini. Kemarin-kemarin dia kemana aja ya sampai nggak tau kalau Saera sedang dekat dengan seseorang di kelas mereka?

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang