Menurut Dania, hari ini tidak bisa dibilang menyebalkan, tapi tidak bisa juga dibilang menyenangkan. Entah kenapa--ah atau memang sebenarnya sudah begini sejak lama namun Dania baru sadar sekarang, sekolahnya ini selalu mempunyai ide yang sedikit ada-ada saja(?).
Tidak, bukan begitu. Bagaimana cara menjelaskannya? Maksud Dania, kegiatan mereka sebagai pelajar di dalam sekolah pun sudah padat. Lalu ditambah lagi ada kegiatan diluar sekolah seperti hari ini.
Seperti yang sudah Seila katakan kemarin, akhirnya hari ini benar-benar terjadi. Acara gerak jalan yang dilaksankan oleh yayasan pemilik GOR di dekat sekolah mereka itu sedang dilaksanakan pagi ini.
Bahkan Dania saja tidak sadar jika beberapa hari lalu ada libur tanggal merah di tanggal tujuh belas Agustus. Dia baru tau karena acara ini diadakan dalam rangka tujuh belasan.
Sungguh menyedihkan. Dania benar-benar krisis identitas.
Sebenarnya Dania takut kalau lama-lama dia bisa lupa siapa dirinya.
Teman sekelas Dania terlihat ceria walau dikumpulkan di tengah sesaknya lautan manusia sebab tak hanya sekolah mereka yang mengikuti acara ini. Bisa dipahami alasan mereka begitu, sudah pasti karena mereka tak harus pusing-pusing mengikuti kegiatan belajar normal di sekolah seperti murid lain yang tak punya jam pelajaran olahraga hari ini.
Pengumuman dari panitia di depan terdengar jika mereka bisa meninggalkan gedung olahraga itu sekarang dan mulai berjalan mengikuti rute yang sudah ditentukan.
Ah, akhirnya Dania bisa menghirup udara segar setelah berbagi oksigen dengan ratusan orang lainnya sambil mendengarkan sambutan pengurus acara yang tak terdengar menarik di telinganya.
Saera mengapit lengan Dania, berjalan di sampingnya dengan langkah santai. Katanya dia tidak mau jalan terlalu cepat diawal karena itu hanya akan membuatnya lelah di akhir dan berujung tidak sanggup melanjutkan sisa perjalanan. Dania sih iya-iya aja, sebab dia sendiri belum punya strategi apapun yang sudah pasti dibutuhkan dalam kegiatan berat seperti ini.
Masalahnya, jarak yang ditentukan panitia pelaksana tidak main-main. Dania sempat dengar mereka menyebutkan 'jarak tempuhnya dibawah sepuluh kilometer tapi lebih dari lima kilometer'. Dan jarak aslinya akan menjadi soal tebak-tebakan untuk mendapat door prize di akhir acara sebagai tambahan hadiah selain beberapa calon pemenang dari undian kupon yang mereka terima di awal.
Acara ini memang niat sekali.
"Menurut lo tebak-tebakannya terlalu gampang nggak sih? Kan orang bisa ngitung jarak tempuh selama jalan dari aplikasi," kata Saera memprotes, membuat Dania sontak menoleh heran.
"Hah? Aplikasi apaan? Emang ada?" tanya Dania bingung. Dia tidak tau jika dunia secanggih itu sekarang.
"Lahhh, ya ada! Biasanya orang yang mau diet atau yang olahraganya niat pake itu biar ketauan udah jalan sejauh apa."
"Ohh. Terus lo sekarang pake itu buat ngitung? Kan lumayan dapet hadiah kalo bener."
"Nggak ah. Nanti hadiahnya dobel."
"Dobel darimana?"
"Gue udah yakin kupon undian gue kepilih dapet door prize."
"Kok bisa yakin?"
"Karena nomer kuponnya persis sama ulang tahun Justin Bieber. Kosong satu kosong tiga," Saera sudah exited sendiri membayangkannya, "Kalo gue dapet kulkas atau mesin cuci atau TV atau motor pasti gue jual!" kata Saera seolah sudah merencanakan semuanya dengan matang.
"Gimana bisa lo yakin kalo alesannya gitu doang. Emang Justin Bieber siapa lo?" cibir Dania kini mulai merasa temannya itu agak freak--ah bukan, tapi sangat freak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Numb
Teen FictionMungkin bagi sebagian orang, hari dimana kita tidak tahu harus melakukan apa itu selalu ada. Waktu terjadinya tidak menentu, entah jarang, sering atau bahkan hanya sesekali. Tapi bagi Dania, hari itu datang setiap waktu. Sebenarnya sih, hidup Dania...