14. Weird Feeling

5 0 0
                                    

Dania duduk termenung sendirian di kursi depan aula, menunggu kedatangan Seila yang katanya akan pergi sebentar dan menyuruh Dania tetap disana sampai ia kembali. Entah apa maksudnya.

Kalau Dania perhatikan, ternyata orang-orang tuh nggak jelas juga ya. Maksud Dania, orang-orang di sekitarnya dari mulai Saera yang memiliki sifat dasar seperti itu, lalu Haqi yang memang suka random melakukan sesuatu tanpa disuruh, kemudian Agi yang baru-baru ini suka mengajak Dania ngobrol, sampai Seila yang sebelumnya tak terlalu akrab dengan Dania pun kini perlahan mulai membuka diri. Oh ya, jangan lupakan Andaru yang di chat saat itu berkata bahwa Dania tak perlu berurusan lagi dengannya, tapi jika melihat kenyataan sekarang.....

Andaru justru muncul dimana-mana.

Intinya semua orang nggak jelas.

Ah, setelah dipikir-pikir lagi, semua ini dimulai sejak Ridho yang dengan tak jelasnya menitipkan akta Andaru kepada Dania di halaman kosong belakang sekolah hari itu. Sampai sekarang, Dania masih tak habis pikir dan belum menemukan alasan kenapa Ridho melakukannya.

Dengan begitu, Ridho hanya memberikan tutorial cara mempersulit hidup. Padahal mah apa susahnya tinggal balikkin ke Andaru sendiri yang sudah jelas-jelas teman Ridho.

Dasar aneh.

Sebuah kaleng kopi dingin diletakkan di atas rok abu-abu Dania, membuat gadis itu agak tersentak kaget. Namun jadi kembali menormalkan ekspresi saat sadar orang yang baru saja datang itu adalah Seila.

"Minum dulu. Lo pasti haus kan? Makasih ya udah mau bantu hari ini," ujar Seila terdengar tulus, dan memang bantuan Dania sangat-sangat berarti, sebab dari semua orang di aula tadi tak ada yang menganggur satupun. Seila sampai harus mencari-cari orang hanya karena perkara letak mic. Entah kenapa juga, hari ini tak ada yang bersedia meminjamkan stand mic--dari sekian banyak alat yang rusak dan berhasil dipinjam.

"Abila tuh emang cuma nyanyi tugasnya. Tapi karena murid yang mau jadi pengiring musiknya masih belom jelas, jadi ya gitu deh. Abila harus menyelam sambil minum air," kata Seila menceritakan sedikit tentang salah satu hal yang menjadi penyebab insiden hari ini.

Dania manggut-manggut mengerti, "Yang ngiringin band atau apa?" tanyanya iseng.

"Enggak sih, cuma piano aja. Itu juga sebenernya si Abil kurang cocok. Soalnya dia kan bawain lagu utama yang emang udah dilatih, sama nanti tuh ada sesi request dari murid kita pas hari-H tampil. Gimana ya jelasinnya? Kayak langsung gitu loh, jadi nanti request terbanyak anak-anak, Abil bakal nyanyiin," tanpa sadar Seila sudah manyun kesal, mencurahkan isi hatinya begitu saja kepada Dania, "Nah, si Abila ini pengennya akustikan, biar asik, rame juga vibesnya, makanya itu anak latihan pake gitar tadi. Kalau piano kan ngasih kesan mellow YA--SEBENERNYA enggak juga sih TAPI terus dia jadi ragu-ragu gitu deh pokoknya," lanjut Seila masih belum habis bercerita.

"Yang jadi masalah juga si pengiring piano ini orang sibuk, mungkin sama sibuknya kayak Abila kali ya. Dia udah ngajuin diri, tapi ya gitu, agak nggak jelas. Kadang ada jadwal lain lah, terus belakangan dia juga sering sakit. Gara-gara itu Abil yang tadinya agak nggak cocok, malah makin nggak cocok, padahal awalnya udah lumayan sepakat," kata Seila dengan nada menggerutu, dia benar-benar curhat sekarang, "Anak OSIS ikut pusing nyari solusinya. Ya walau gimanapun, kita harus ngejaga hati dua orang itu biar semuanya enak. Tapi di satu sisi, mereka tuh sama-sama punya kemauan sendiri," saking gemasnya, Seila sampai mencakar-cakar udara di depannya yang tak bersalah. Membuat Dania jadi merasa prihatin sendiri melihat itu, namun tak punya banyak kalimat untuk membalas.

"Lo pasti udah banyak berusaha ya Sei? Mudah-mudahan semua lancar nantinya," ujar Dania menenangkan, hanya kalimat sederhana yang membuat senyum Seila langsung merekah. Ekspresi cemberutnya seketika padam, gadis itu menoleh riang pada Dania, "Aaa, thanks banget. Gue emang lagi butuh kalimat itu," balasnya berterimakasih.

NumbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang