Cowok tinggi itu berdiri menunggu di koridor kelas sebelas IPS lima, sambil memandangi layar hp lantaran masih memantau balasan chat dari seorang gadis yang menjanjikan pertemuan mereka disini.
Sebab sudah menunggu agak lama, cowok itu berdecak kesal, merasa waktunya terbuang sia-sia begitu saja. Padahal ada banyak hal penting lain yang bisa dilakukan jika saja gadis itu segera menemuinya dan menyelesaikan urusan mereka. Dan jujur, ia juga agak merasa kikuk dengan lirikan orang-orang yang melintas dihadapannya, hal ini benar-benar menambah kekesalan cowok itu dikala menunggu.
Hingga terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat, cowok tadi berhenti merutuk. Ia segera membalikkan diri ke arah dimana suara langkah kaki itu terdengar, bersamaan dengan datangnya seorang gadis berambut sebahu yang menenteng map bening ditangan.
"Andaru?" tegur gadis itu memastikan.
"Dania?" balas si cowok bernama Andaru yang juga tak ingin salah menemui orang.
"Iya, gue," balas Dania mengangguk kecil membenarkan, kemudian langsung menyerahkan map bening milik Andaru tanpa basa-basi, "Nih ya. Udah kan?"
"Oke," Andaru mengambil alih map tersebut, membuat Dania mengangguk sekali lagi, setelahnya berencana ingin kembali masuk ke dalam kelas.
"Eh tunggu, Dania!" tahan Andaru yang berhasil mengurungkan langkah Dania, "Apa?" jawabnya tenang.
"Makasih ya," kata Andaru dengan ekspresi wajah datar--dan memang seperti itu sejak tadi.
Dania agak mengangkat alis, merasa bingung untuk sesaat. Tapi kemudian ia mengangguk, lagi dan lagi, sebagai respon, "Ya, sama-sama," balasnya singkat.
"Oke," ujar Andaru ternyata masih menganggapi dengan suara pelan.
Situasi canggung barusan tak bertahan lama, sampai akhirnya Dania beranjak lebih dulu, melanjutkan langkah yang sempat tertahan. Meninggalkan Andaru bersama map bening milik cowok itu yang sudah kembali ditangan pemiliknya.
Dania mengangguk-angguk pelan, merasa beban dipundaknya sedikit terangkat, setelah melihat bungkusan-bungkusan plastik kecil bagelen di atas mejanya ludes diambil oleh sebagian teman sekelasnya yang sukarela membantu menghabiskan.Syukurlah, tinggal tiga karung bagelen lagi di rumah.
Saera yang baru saja tiba di kelas jadi terkekeh kecil, sahabatnya terlihat senang walau tidak terang-terangan menunjukkan ekspresi sumringah--ah perlu diingat, Dania adalah Dania.
Dia itu... Gadis yang sedikit aneh. Kadang-kadang, tertawa karena hal tidak penting, dan juga kadang menangisi hal yang tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Numb
Teen FictionMungkin bagi sebagian orang, hari dimana kita tidak tahu harus melakukan apa itu selalu ada. Waktu terjadinya tidak menentu, entah jarang, sering atau bahkan hanya sesekali. Tapi bagi Dania, hari itu datang setiap waktu. Sebenarnya sih, hidup Dania...