31

522 68 4
                                    

Peluit yang menandakan time out usai pun berbunyi, kini anak-anak mulai bergerak kembali ke lapangan. Namun sebelum melangkah lebih jauh, Hikari dikejutkan oleh tangan besar dan jenjang milik sang pelatih yang langsung mencekal pergelangan tangannya lembut tanpa menyakiti, membuat gadis itu menoleh sesaat ke arah yang bersangkutan begitupun yang lain. Mereka juga ikutan menatap penasaran ke arah beliau yang tiba-tiba saja meraih tangan si kecil itu saat ini.

"Ukai-san?" ucapnya bingung.

Pelatih Ukai menatapnya sejenak sebelum beliau angkat bicara.

"Kau baik-baik saja setelah terjatuh barusan?"

Hening sesaat sebelum akhirnya kekehan Hikari terdengar.

"Pelatih mengkhawatirkan hal itu? Sudah, aku tidak apa-apa kok. Lagi pula jatuh ke lantai dari posisi yang demikian juga kan bukan sekali dua kali dan Ukai-san sudah tau itu. Aku baik-baik saja, jadi tidak usah cemas. Aku masih bisa lanjut bertanding, dan aku masih ingat pesan Pelatih kok dulu. Kalau ada apa-apa langsung kasih tau, iya kan?" tanyanya di akhir setelah berusaha meyakinkan sosok sang pelatih.

Pelatih Ukai mengangguk sesaat sebelum akhirnya dia melepaskan pegangannya dari pergelangan tangan Hikari.

"Jika memang demikian, langsung kasih tau ya." balasnya.

Hikari mengangguk.

"Serahkan padaku." sahut gadis bersurai hitam itu, kemudian dia dengan yang lainnya pun bergegas kembali masuk ke lapangan sebelum wasit menegur mereka.

Dalam diamnya, Pelatih Ukai mengangkat tangan kanannya yang memegang tangan kanan Hikari barusan ini dan menatap telapak tangannya sejenak.

Sepertinya baru kali ini aku menyentuh kulitnya langsung, setelah sekian bulan di tim, tidak ku sangka kulitnya halus dan lembut seperti kulit bayi. Pantas saja semuanya suka sekali memegang tangan dia silih berganti untuk menjaganya. Batin beliau.

Kini, Himekawa menatap sejenak ke langi-langit gedung olahraga sebelum dia melakukan servis keempatnya.

Aku tak mengerti dengan yang namanya momentum. Tapi, aku tau kalau momentum itu sedang berada di pihak kami. Batin Himekawa. 

Ketika dia baru saja menunduk dan menatap bola sesaat yang saat ini berada di kedua tangannya, ketika kedua manik matanya tak sengaja bergerak dan menatap ke arah net lawan, Himekawa dibuat terkejut oleh para pemain Karasuno yang kini tampak lebih siap untuk menghadapi servisnya sekarang. Terutama para penerima yang ada di lini belakang, membuatnya gugup mendadak.

Oh, jadi ini ... Batinnya ketika menyadari sesuatu.

Peluit yang menandakan dia harus segera servis pun berbunyi, membuatnya langsung memukul bola tanpa menunggu lama agar timnya tidak terkena penalti dan bola kin melambung tinggu ke udara. 

Datang juga! Batin Nishinoya bersemangat dengan tampang berbinarnya.

Persis anak kecil seumuran Hikari atau lebih muda daripada si kecil itu, serius.

Bola yang mengarah kepadanya pun berhasil dia terima dengan sempurna dengan penerimaan bawahnya saat ini, membuat Himekawa terkejut tapi tidak dengan Daichi maupun Nishinoya yang menerima bola itu, dimana keduanya kini tersenyum karena servis Himekawa kali ini berhasil mereka atasi, itu semua berkat Hikari yang paling gigih sebelumnya untuk menerima bola lebih dulu padahal itu area penjagaan lini belakang, tapi dia tak peduli selagi apa yang dia lakukan masih tidak melanggar peraturan lapangan.

"Sasuga Yuu-san!" ujar Hikari sembari tersenyum riang setelah sang Libero berhasil menerima bola.

Lelaki itu terkekeh dengan wajah merona sembari mengacungkan jempol ke arah gadis kesayangannya itu.

Karasuno's Ojou-samaWhere stories live. Discover now