C H A P T E R 09

107 8 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa🤗

Typo bertebaran...

Happy reading🍬




Anin berjalan di koridor menuju parkiran sekolah. Raut ceria terpancar dari wajahnya yang cantik. Anin mengedarkan pandangannya mencari Luis.

Tadi Luis mengirimnya pesan bahwa akan mengantarkannya pulang ke rumah, dan ternyata nomor yang tidak dikenal beberapa hari yang lalu itu nomor Luis.

Anin menunggu di bawah pohon mangga, sambil menunggu Luis yang agaknya masih di dalam kelas.

Di sekolah ini banyak sekali pohon mangga, namun Tidak ada satupun pohon yang berbuah, apalagi pohon jambu di taman belakang sekolah, hanya ada bunga tidak ada buah.

"Woy, bareng ga?". Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Anin membuatnya tersentak sontak menatap sang pelaku.

"Ngga, duluan aja". Ucap Anin cuek dan kembali menatap ke arah gedung sekolah.

"Serius gamau bareng?". Orang tadi memastikan.

Anin berdecak lalu menatap Bara tajam.

"Apaan si Lo so baik banget! Udah sana gihh gausah ganggu gue!, Gue ga butuh tumpangan Lo". Nah loh keluar sudah mulut pedas Anin. Bara mendelik.

"Yeee di tawarin malah ngegas, gabakalan ada yang mau sama Lo baru tau rasa". Setelah itu Bara pergi meninggal Anin yang masa bodo. Belum tau saja dia bahwa Anin sudah memiliki kekasih.

Tidak lama Luis datang membuat senyuman Anin terbit seketika, Luis menghampiri Anin lalu tersenyum tak lupa sedikit mengacak rambut Anin yang di kuncir kuda.

"Maap ya, tadi gue di suruh sama Bu Mela buat koreksi ulangan".

Luis termasuk siswa yang pintar, ia jarang melanggar peraturan sekolah, selalu menjadi murid kebanggan guru-guru, dan menjadi idaman semua gadis di sekolah.

"Iyya gapapa, ulangan k-kamu dapet berapa?". Anin gugup, ia baru mengucapkan kata aku-kamu kali ini untuk kesekian lamanya.

Luis tertegun, lalu tersenyum menggoda Anin yang pipinya sudah memerah.

"Ciee pake aku-kamu". Luis mencolek dagu Anin yang membuat Anin semakin memerah.

"Ishh Luis Lo mah, kan gue itu mau coba buka hati buat Lo, bikin enak kek biar nyaman gitu". Anin memukul lengan Luis sambil menggerutu. Luis asik tertawa tak mengindahkan muka Anin yang semakin memerah.

"Udah udah daripada ketawa Mulu diliatin orang nohh ih gasuka gelay, mending ayo pulang". Anin menarik Luis menuju motor milik Luis. Luis masih tertawa, entahlah rasanya senang selalu berdekatan dengan Anin, apalagi ketika gadis itu merajuk seperti tadi.

Luis mengendarai motornya menuju rumah Anin, tidak ada percakapan di antara mereka, sama sama canggung, apalagi Anin, ia malu untuk memulai percakapan.

Luis berdehem lalu berkata.

"Mau kemana dulu? Apa langsung pulang aja?". Luis sedikit berteriak agar terdengar oleh Anin.

"Mau jalan dulu, tapi keliling keliling aja, abisin bensin Lo". Ucap Anin di sebelah kuping Luis.

Luis terkekeh mendengar perkataan Anin, tadi saja dia berucap memakai aku-kamu sekarang lo-gue lagi.

"Kenapa ga kaya tadi aja ngomong nya?".

"Tadi gimana?".

"Yang di parkiran?".

Posessive Boyfriend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang