Happy reading
Udah vote belum? Kalo belum vote dulu yuk! Biar berkah!
***
Luis berjalan menuju kelasnya, ia baru saja melihat Anin yang sedang olahraga. Ia tidak langsung masuk kelas karena jam pelajaran kosong. Maka dari itu ia memutuskan untuk melihat Anin yang sedang olahraga di lapangan.
Dikelas ia dikejutkan dengan kedatangan Gladis yang sudah duduk di bangkunya. Luis menghela nafas jengah. Cewe ini tidak ada kapoknya, sudah jelas jelas ia memiliki pacar tapi tetap saja di kejar-kejar. Usaha yang bagus!
"Ngapain lo?" Tegur Luis dengan nada malas triplekill. Ingin rasanya ia tendang Gladis sampai cewe itu tersadar bahwa usahanya akan berkahir dengan sia-sia.
"Aku nunggu kakak daritadi, jam pelajaran aku lagi kosong yaudah aku samperin kakak aja ke kelas. Gapapa kan ya kak?" Gladis berujar dengan mata yang berbinar.
Menurutnya, melihat Luis adalah anugrah terindahnya. Ia tidak akan melepaskan Luis begitu saja dengan mudah. Gladis pastikan, Luis akan berada dalam pelukannya. Semar mesem.. Semar mesem..
"Keluar, gue gamau diganggu" ujar Luis dengan dingin, dia masih berusaha untuk sabar kali ini, ia berjalan menuju tempat paling belakang dan duduk di kursi pojok dengan kaki yang diselonjorkan pada kursi disamping nya.
Gladis mendekati Luis, gadis itu berdiri di depannya dengan tatapannya yang polos, membuat siapa saja merasa gemas dibuatnya. Dan untungnya Luis masih sehat untuk mengakui hal itu. Mungkin hanya orang yang tidak waras yang mengakui Gladis Menggemaskan, pikirnya.
"ADUHH GATEL BANGET BADANN GUE. GARUKIN DONG ZRA!" teriakan dari Bram sambil berjalan mendekati Luis, membuat Luis memutar bola mata malas. Yakin, gabakal beres kalo ada tu kutil ayam, Luis membatin.
"Ehh ada Ulet. Pantesan gue gatel-gatel. Jangan Deket-deket aa yaa. Takut bentol" Bram berujar dengan tangan yang sudah menggaruk yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. Ia hanya ingin meledek Gladis saja.
"Apaan si, gajelas bangett" ketus Gladis. Ia masih setia berdiri di tempat semula, dengan mata yang memandang Luis dengan lekat. Namun yang dipandang hanya menutup matanya dengan tas Reky yang ia jadikan sebagai bantal.
"Eh gue punya lagu ni" Ezra ikut mendekat, ia akan menjahili Luis terlebih dahulu, membayangkan mukanya yang masam bertambah masam itu sangat membuatnya terhibur lahir dan batin. Sangat menyenangkan Epribadeh!
"Iringi suara ku ya kawan-kawan!!" Teriak Ezra membuat seisi kelas membalasnya dengan sorakan yang membuatnya semakin bersemangat.
"BUKA HATIMU... BUKA LAH SEDIKIT.. UNTUKKU.. SEHINGGA DIRIKU.. BISA MEMILIKIMU.. BETAPA SAKITNYA... BETAPA PERIHNYA HATIKU.. SELALU DIRIMU.. TAK MENGANGGAPKU ADA.." Ezra dan Bram bernyanyi dengan sangat menghayati. Tidak lupa dengan Bram yang dirampas qolqolah kubro di akhir kalimatnya. Dikira lagi tajwid apa ya!
Benar saja. Seisi kelas ikutan bernyanyi sambil menggebrak meja yang menjadikannya sebagai gendang.
Luis mencengkram tas Reky dengan kuat. Ia semakin kuat menutup kedua matanya. Dan berharap telinganya meng-congek sebanyak-banyaknya agar tidak mendengar keributan yang sialnya dibuat oleh tingkah kedua sahabatnya.
Sedangkan Reky hanya diam di tempat duduk Ezra sambil mengerjakan tugas yang diberikan Pak Marwan untuk besok. Guru sejarah yang sialnya sangat di idam-idamkan siswi di sekolah ini.
Sedikit info, Pak Marwan itu termasuk guru paling muda di sekolah itu, bukan hanya karena muda, tapi juga paras yang tidak kalah tampannya dengan Geng NOMERCY yang terkenal akan parasnya yang ga ada obeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Boyfriend [On Going]
Novela JuvenilDON'T COPY MY STORY, MOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAINNYA. ----------- Sulit hati ini untuk merasa yakin adanya bukti janji, akan berharapnya terhadap beberapa sebuah perbincangan yang penuh dengan ruang harapan "Lihat sikapnya...