C H A P T E R 28

50 8 3
                                    

Haii guys!
udh pada vote blum? Klo blum vote dlu yuk! Biar berkah hihi

Happy Reading 💙

---------
-------------------
--------------------------------

Anin keluar dari kelas bersama dengan ketiga sahabatnya. Mereka berjalan menuju gerbang utama. Saat di koridor, Anin tak sengaja bertatap muka dengan lelaki yang sudah menabraknya tadi. Ia hanya memandang jutek pada lelaki itu, lalu memalingkan wajahnya kembali.

“Gue duluan ya, udah dijemput” ucap Indri berpamitan pada mereka.

“Iyaa, hati-hati” ucap Zalza

“Awas nyasar yaa!” teriak Alyssa agar didengar oleh Indri.

“Pulangnya kerumah, jangan ke rahmatullah Dri!” teriak Anin tidak mau ketinggalan. Karena ucapannya, ia mendapat toyoran dari Zalza dan Alyssa.

Anin mengaduh sakit sambil meminta maaf, tak lupa lengannya yang mengusap bekas toyoran tadi.

“Bareng gak, Nin?” tawar Zalza pada Anin.

“Kalo gue bareng, nanti duduk dimana, Zulaikha?” ucap Anin sambil tersenyum masam pada Zalza.

“Di Ban, lega nih” ujar Zalza no have akhlak.

Ya Allah ku kabina-bina amat maneh woi” ucap Anin sambil memasang tampang melas. Sedangkan Zalza dan Alyssa tertawa ngakak.

•(ya Allah tega banget kamu woi)

“Yaudah, kita duluan yaa, hati-hati lo” ujar Zalza yang sudah siap diatas motor dengan Alyssa.

“Yeuuuuu, ada juga lo yang hati-hati tu bawa Moza” ujarnya yang dibalas anggukan kepala oleh Zalza. Kemudian Moza alias Motor Zaza, melaju meninggalkan Anin dengan beberapa siswi yang menunggu angkutan atau jemputan.

Anin menghela nafas berat. Lalu duduk di tempat biasa, dibawah pohon mangga. Menunggu kedatangan Luis.

Tiba-tiba seseorang duduk di samping Anin dengan tersenyum tipis. Anin memandangnya aneh.

Bocah prik belah mana lagi ni?

“Nama lo Anin ya?” ucap lelaki itu memulai pembicaraan. Anin mengalihkan pandangannya pada tempat parkir, berharap Luis cepat datang.

“Kok diem aja? Nama lo Anindya kan?” ujarnya lagi.

“Bukan” balas Anin terkesan galak+jutek. Si lelaki menelan ludah. Galak ternyata.

“G-gue boleh minta Id Line lo gak?” ucapnya sedikit gugup. Anin mengerutkan keningnya. Lalu menatap lawan bicaranya dengan tatapan tajam.

“Buat apaan?” dengan nada yang sama.

“Ada pokonya mah, boleh gak? Boleh dong, nanti gue kasih Coklat” bujuk cowo itu. Sambil tersenyum manis, Ketika mendengar coklat mata Anin berbinar. Namun ia kembali memasang wajah jutek.

“Coklatnya dulu siniin” nego Anin. Si cowo, yang Anin lihat dari name tag di seragamnya, cowo itu bernama Dhava Pratama, terlihat melebarkan sedikit matanya.

Dhava melihat sekeliling, kemudia matanya menemukan sebuah Izinmart. Ia tersenyum tipis lalu memandang Anin.

“Oke, bentar gue beli dulu” tanpa menunggu jawaban Anin. Dhava berlari kecil menuju Izinmart untuk membeli Cokelat.

Anin menghela nafas sedikit lega. Ia berharap sebelum Dhava datang, Luis sudah lebih dulu mendatanginya, dan mengantarkannya pulang.

Namun sudah 17 menit kedepan, Luis belum juga memunculkan batang hidungnya. Malah ia melihat Dhava berlari kecil menghampirinya dengan kantong plastik ditangannya.

Posessive Boyfriend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang