C H A P T E R 31

63 6 0
                                    

Haii guys!

udh pada vote blum? Klo blum vote dlu yuk! Biar berkah hihi

Bantu saran dan supportnya ya^^

Happy Reading 💙

----------------
----------------------
---------------------------

Luis menghentikan motornya di halaman depan rumah Anin. Ia mengerutkan keningnya dalam. Terdapat sebuah motor berwarna hitam yang sepertinya tidak asing bagi dirinya.

Demi meyakinkan siapa pemilik motor tersebut, ia pun melangkahkan kakinya untuk mengetuk pintu depan. Belum menyentuh pintu kayu yang ada dihadapannya ini, sudah lebih dulu pintu itu terbuka.

Memperlihatkan Nal yang berlawanan arah dengannya. Pandangannya berubah datar, begitu pun dengan Nal. Anin yang berada di belakang tubuh Nal merasa aneh, mengapa lelaki ini diam di depan pintu. Tidak menyadari bahwa ada Luis disana.

“Majuan geh, jangan di pint—” ucapan Anin terputus ketika ia berhasil mendorong Nal untuk menjauh dari pintu.

“Luis” lirih Anin.

“Ngapain lo disini?” pertanyaan Luis ajukan untuk Nal.

“Ngapain lagi? Ngapel lah kerumah doi” memang ngajak tempur si Rynald. Ia tersenyum miring ketika pandangan Luis semakin datar dan dingin kepadanya.

“Brengsek!!” dengan sigap Luis menarik kerah jaket Nal.

“Udah gue bilang, jangan ganggu cewe gue lagi! Tuli lo!!?”

“Udah gue bilang, larangan adalah perintah” Nal terkekeh sinis pada Luis. Membuat Luis sangat muak. Dengan kencang ia memukul wajah Nal.

Nal yang tak siap pun tersungkur di tanah. Anin membekap mulutnya. Tangan nya gemetar ketakutan. Dengan sigap Anin menarik Luis untuk menjauh dari Nal, ia tidak ingin terjadi perkelahian lagi di depan rumahnya. Jika Septian tahu, bahayaaa!!

“Luis, Luis, udah. Jangan ribut lagi, kalo Ayah tau aku bisa diomelin” ucap Anin berusaha menenangkan Luis. Padahal ia sendiri panik.

“Suruh dia pergi” ujar Luis bernada datar. Anin mengalihkan pandangannya pada Nal yang menyeka darah yang keluar dari hidungnya. Anin tidak bisa membayangkan betapa sakitnya dipukul sekencang tadi.

“Nal, lo pulang sekarang” ujar Anin. Tatapannya terlihat panik bercampur takut. Nal menghela nafas lemah. Lalu mengangguk. Dan melajukan motornya meninggalkan pekarang rumah Anin.

☁️☁️☁️

Terjadi keheningan diantara mereka berdua. Anin membawa Luis ke teras rumah.

“A-aku ambilin kamu minum dulu, kamu mau apa? Teh atau jus?” Anin berusaha mencairkan suasana.

“Gak usah” jawab Luis singkat. Pandangannya lurus kedepan, tidak memandang Anin sama sekali. Membuatnya berfikir yang tidak-tidak.

“Udah berapa kali gue bilang sama lo, hm?” pertanyaan Luis mampu membuat Anin merasakan nyeri di hatinya.

“Al” Anin memelas pada Luis. Namun Luis tidak menghiraukannya.

“Gue rasa bukan sekali dua kali” tajam Luis. Ia terus menghujam Anin dengan tatapannya.

“Aku cuma disuruh bukain pintu sama Bunda. Aku nggak tau kalo yang dateng itu Nal, aku—”

“Mau ngelak gimana lagi? lo gak dengerin sekali pun ucapan gue! Gue ini cowo lo! Sesusah itu? Ohh apa lo mau bales perbuatan gue? lo ngajak main?” Luis sudah kepalang emosi. Suaranya menekan di telinga Anin

Posessive Boyfriend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang