Happy reading
Udah vote belum? Kalo belum vote dulu yuk!, biar berkah!
---Luis sedang menghadap sang ayah saat ini. Papahnya pulang entah ada urusan apa, tumben sekali padahal ini bukan waktunya.
"Kenapa kamu bentak Gladis?" Tanya Albert to the point dengan datar menatap sang anak.
Luis diam, ia hanya menatap meja kerja sang Papah.
"Jawab Luis. Kenapa kamu bentak Gladis? Kamu itu laki-laki, tidak pantas membentak perempuan!" Albert menatap Luis dengan mata elangnya.
Ia sangat tidak menyangka akan sikap Luis pada Gladis, yang menurutnya gadis baik hati.
"Dia ganggu hubungan aku Pah" Luis berujar dengan santai. Tidak ada ketegangan di wajahnya. Karena ia sudah tau ini dari awal ia membentak Gladis.
Pasti cewe itu ngadu sama papah, pikirnya.
"Papah sudah bilang. Putuskan pacarmu itu, Luis. Kamu harus bersama dengan Gladis" Albert berujar dengan suara yang menekan. Luis menatap Albert tak kalah tajam.
"Sampai kapan pun, aku ga akan lepasin Anin demi Gladis, sekalipun itu Papah yang minta" ucap Luis penuh penekanan.
Albert menatap Luis semakin tajam.
"Pokonya Papah akan putusin hubungan kamu dengan gadis itu. Kamu harus bersama Gladis, bukan Anin!!" Albert berujar sambil berdiri dengan emosi meluap.
Luis ikut berdiri dan menatap Albert dengan tajam.
"Silahkan. Silahkan kalo Papah bisa. Intinya, aku ga akan ikuti apa kata Papah yang meminta aku harus bersama Gladis"
Luis meninggalkan ruang kerja Albert menuju kamar. Bukan ia tidak takut pada yang namanya durhaka dan dosa. Namun pilihan Albert itu salah. Albert terlalu memaksakan kehendaknya.
Entah apa yang disukai Papahnya dari Gladis hingga ia sangat sangat menginginkan dirinya bersama dengan gadis licik itu.
Ia hanya mencintai Anin. Sampai kapanpun akan tetap begitu, ia akan mempertahankan Anin sebisa mungkin.
Karena ia tahu sekarang, musuhnya ada di sekitar dia, dan itu termasuk orang yang ia sayang. Yaitu Alberto, Papahnya.
---
Anin tidak enak hati saat ini, entah kenapa ia merasa ada yang menjanggal di dalam hubungannya saat ini.
Tapi ia tidak tahu itu apa. Anin beranjak, ia akan mandi saat ini, karena nanti malam Luis akan datang kerumah nya.
Setelah mandi ia melihat jam di dinding kamar, terlihat pukul 17.30. jam set 6 sore.
---
Anin tersenyum ketika melihat Luis yang berdiri di depan pagar rumahnya. Segera ia menghampiri Luis. Senangnya dalam hati, di apel malam ini. Aw!
"Haii!" Sapa Anin dengan ceria, ia tersenyum manis saat ini.
Luis tersenyum lalu mengusap pucuk kepala Anin dengan sayang.
"Ayo masuk, jangan di luar, takut" Anin menarik lengan Luis untuk mengikuti masuk kedalam.
Luis terkekeh, gadisnya ini apa apa selalu bilang takut, seakan tidak ada alasan lain selain kata takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Boyfriend [On Going]
Teen FictionDON'T COPY MY STORY, MOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAINNYA. ----------- Sulit hati ini untuk merasa yakin adanya bukti janji, akan berharapnya terhadap beberapa sebuah perbincangan yang penuh dengan ruang harapan "Lihat sikapnya...