Hola guys!
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa!
Udah pada vote belum? Kalo belum, vote dulu yuk! Biar berkah:)Happy Reading..
____________
______________________Anin menangis sesenggukan di taman belakang sekolah. Dengan Ezra yang mengamatinya dari jauh. Ia tidak menemui Anin karena pasti Anin akan memarahinya habis-habisan. Anin paling tidak suka saat seperti ini diganggu.
Anin berusaha menghapus air matanya, namun tetap saja air bening yang berasal dari mata indah Anin tidak ujung berhenti.
"Udah Anin.." lirih Anin dengan suara yang bergetar.
Keadaannya sangat berantakan. Rambut yang sudah kemana-mana, mata sembab, hidung merah dengan keluarnya ingus dari dalam.
Sekotak tissue berada di pangkuan Anin, membuat Anin mendongak siapa yang memberikannya.
Terlihat Bara yang tersenyum tipis pada Anin. Dengan segera Anin menghapus air matanya dan membenarkan ikat rambutnya.
Bara memperhatikan Anin tanpa henti. Walau dalam keadaan seperti ini, Anin tetap terlihat sangat manis.
"Thanks" ucap Anin pelan. Ia membuka kotak tissue lalu menghapus sisa air matanya.
Anin malu. Mengapa selalu Bara yang ada disaat ia merasa kesepian. Malunya itu saat penampilannya seperti orang gila kali ini.
Bara hanya mengangguk, dan duduk di samping Anin. Lagi-lagi ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Anin.
"Bisa nangis juga ya lo" ujar Bara di iringi dengan kekehan.
"Pergi" singkat Anin tanpa mengalihkan pandangannya.
"Gue kira, cewe galak kaya lo ga bisa nangis" Bara tidak menghiraukan ucapan Anin. Ia tetap disana, disamping Anin.
"Gue bilang pergi!" Bentak Anin kesal pada Bara. Ia menatap Bara dengan tajam. Emosinya masih tidak stabil.
"Lo bisa cerita sama gue. Itu pun kalo lo mau, jangan dipikirin terus, gabaik"
Perkataan Bara membuat Anin mengalihkan atensinya pada Bara. Membuat Bara mengangguk dengan mantap, seolah tau melalui tatapan Anin.
"Jangan ganggu gue, lo gatau apa-apa. Pergi" Anin mengalihkan pandangannya lagi.
" Gue serius. Gabaik buat otak. Yang ada cuma pusing, dan ga baik juga buat hati lo, mending lo ceritain sama orang yang lo percaya biar beban lo sedikit terangkat. Lo juga ga akan stres Nin" ucap Bara.
Anin terdiam. Kalau dipikir-pikir benar juga, ia selalu sakit kepala jika banyak memikirkan sesuatu, beban pun terasa semakin bertambah, hati terasa selalu sakit ketika mengingat hal tersebut.
"Gua gatau Bar. Yang gue rasain kali ini cuma sedih, kecewa, dan sakit" lirih Anin yang dapat didengar jelas oleh Bara.
Bara tersenyum tipis. Ia pun menjadi pendengar yang setia. Menunggu Anin mengeluarkan semua unek-unek nya.
"Gue sedih karena Luis akhir-akhir ini seakan berubah, kecewa gue saat liat Luis lebih nge-bela cewe lain padahal disitu ada gue. Gue sakit Nerima semuanya" setetes air mata jatuh ke pipi Anin.
Bara mengusap bahu Anin, menenangkan Anin, namun malah membuat Anin mengalihkan pandangannya pada Bara.
"Lo harus ikhlas, Nerima semuanya. Lo harus sabar, satu lagi, berfikir positif" Bara memberikan saran terbaiknya. Ia hanya akan membuat Anin memilih jalannya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/247413693-288-k932226.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Boyfriend [On Going]
Teen FictionDON'T COPY MY STORY, MOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAINNYA. ----------- Sulit hati ini untuk merasa yakin adanya bukti janji, akan berharapnya terhadap beberapa sebuah perbincangan yang penuh dengan ruang harapan "Lihat sikapnya...