C H A P T E R 30

58 5 0
                                    

Haii guys!

udh pada vote blum? Klo blum vote dlu yuk! Biar berkah hihi

Happy Reading 💙

----------------
----------------------
---------------------------

Anin turun dari atas motor. Berdiri di samping Luis yang merapihkan rambutnya.

“Mau mampir dulu? Ezra juga kayanya ada” tawar Anin pada Luis.

Luis mengalihkan atensi sepenuhnya pada Anin. Tersenyum lembut lalu mengusap pucuk kepala Anin.

“Udah sore banget. Lain kali aja ya” tolak Luis secara halus. Anin hanya mengangguk paham.

“Kalo gitu aku masuk ya. Kamu hati-hati bawa motornya”

Luis mengangguk menurut. Saat Anin melangkah memasuki halaman. Langkahnya terhenti karena suara Luis mengintrupsi.

“Jangan deket-deket dia lagi. Gue gak suka” nadanya terdengar tidak ramah. Membuat Anin membalikkan tubuhnya.

Luis kembali memasang helm, dan menghidupkan mesin motornya.

“Gue pulang. Ingat apa kata gue tadi”

Setelah mengucapkan itu, Luis pergi membawa kuda beroda empat itu meninggalkan pekarang rumah nya. Anin termenung. Sesak. Ya, sesak. Kata-kata yang diharapkannya dari mulut lelaki tersebut bukan itu.

Ia hanya ingin kata 'maaf' dari lelaki itu untuk perbuatannya yang telah meninggalkan ia seorang diri di sekolah.

Anin menghela nafas kecewa dan berjalan masuk ke dalam rumah. Ia harus melupakan sakit hatinya ini dengan cara makan yang banyak.

Karena menurutnya, perut kenyang hatipun senang.
  

☁️☁️☁️

Luis mengendarai motor, dengan ugal-ugalan. Ia emosi. Bohong jika ia tidak marah, melihat gadis yang dicintai, dipeluk oleh lelaki lain selain dirinya.

Namun apa boleh buat. Ia hanya bisa melampiaskan amarahnya ini pada apapun yang mengganggunya. Beberapa kali ia mendapat klakson dari kendaraan lain. Namun sekalipun tidak ia hiraukan.

Luis turun dari motor dan melepas helm dengan kasar. Masuk kedalam sebuah rumah dengan terburu-buru.

Terdengar suara ricuh dari dalam ruangan. Ini bukan rumah, melainkan markas tempat Geng NOMERCY berkumpul.

Luis duduk di samping Reki yang sedang memainkan ponselnya, acuh dengan keberadaan Luis.

“katanya mau pulang, bos” ucap Nanda. Anggota NOMERCY, juga salah satu pemain basket di sekolah.

“Iya nih, si bos” sahut Azrul, ia termasuk anak OSIS di sekolah.

“Gak jadi” sahut Luis dingin. Tanpa menatap yang lain, ia menghidupkan sebatang rokok, dan menghisapnya.

Kebiasaannya jika sedang dilanda masalah, atau stres seperti sekarang. Reki yang melihat itu merasa janggal. Namun, ia hanya diam, tidak menanyakan apa-apa.

Di sana hanya ada dua inti dari NOMERCY. Yaitu Luis, dan Reki. Bram tidak bisa main kali ini, dia kena hukum oleh ibu negara di rumahnya. Sedangkan, Ezra, ia sedang tidak mood bertemu dengan Luis.

Sedang asik melamun. Luis mengingat sesuatu. Ia membulatkan matanya, rasa bersalah langsung menyeruak ke ulu hatinya. Ia mematikan rokok tersebut yang memang sudah mengecil, lalu mengacak rambutnya. Kepalanya sangat pusing kali ini.

Posessive Boyfriend [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang