Haii guys!
udh pada vote blum? Klo blum vote dlu yuk! Biar berkah hihi
Bantu saran dan supportnya ya^^
Happy Reading 💙
----------------
----------------------
---------------------------“Lepasin tangan gue!” perintah Anin dengan nada ketus andalannya. Tetapi sepertinya lelaki itu berpura-pura tuli dalam sekejap.
“Lepasin gue bilang!!” bentak Anin. Kali ini berhasil, mereka berhenti di koridor kelas 10, beruntung sepi. Anin menatap penuh emosi pada lelaki tersebut. Lalu berbalik ingin melangkah, meninggalkan lelaki itu.
Namun lengannya lagi lagi di cekal oleh sang lawan. Anin kembali berbalik dan menghempaskan tangan tersebut dengan kencang, hingga membuat lengannya yang terkena kuah tadi terkupas kulitnya.
“Apa lagi!!” sentak Anin, matanya berkaca-kaca. Rasa sakit yang ia rasakan, sakit hati, dan perih di lengannya bercollab membuatnya mati-matian menahan agar tidak mengeluarkan air mata.
“Luka lo harus diobatin” ujar lelaki tersebut dengan tenang, tidak terusik sama sekali dengan suara Anin yang berbicara ketus kepadanya. Anin hanya diam dengan nafas yang tidak beraturan. Nal yang tak lain lelaki tersebut. Kembali menarik lengan Anin yang satunya dengan lembut, lalu berjalan menuju UKS.
Anin terpaksa mengikuti langkah Nal yang membawanya. Nal masuk lebih dulu ke dalam, lalu disusul oleh Anin. Saat ingin menutup pintu, suara Nal mengintrupsi pergerakannya.
“Jangan ditutup, biarin aja” ujarnya yang di turuti oleh Anin.
Anin duduk di atas brankar UKS, ia melihat luka dilengannya, cukup parah ternyata. Nal mengambil kotak P3K dari lemari yang menempel di dinding cukup tinggi, lalu menghampiri Anin dan menyeret satu kursi, agar lebih mudah mengobati.
“Siniin tangan lo” ujar Nal, Anin mengerjap beberapa kali.
“Nggak. Biar gue aja” lengan kiri Anin bergerak ingin mengambil salep yang dipegang oleh Nal. Dengan cepat Nal menjauhkannya sambil mendongak menatap wajah Anin. Lagi-lagi Anin mengerjap membuat Nal menahan senyum gelinya.
“Ngobatin pake tangan kiri? Emang bisa?” tanya Nal mengejek.
“Bisa lahh, sini” ujarnya dengan ketus, lengannya kembali ingin mengambil salep tersebut, namun lagi-lagi Nal menjauhkannya.
“Gue yang ngobatin apa tangan kiri lo gue bikin melepuh juga?” ancaman Nal membuat Anin melongo. Anin mengedipkan matanya dua kali lalu berujar acuh.
“Yaudah bikin melepuh aja kalo gitu, dari pada gue di obatin sama lo” ucap Anin acuh. Palingan juga Nal becanda, begitu pikirnya.
“Ohh yaudah” namun siapa sangka. Nal benar-benar mengambil air panas dari dispenser pada gelas. Membuat Anin ketar ketir ditempat.
“Ehh ehh, lo serius?? Gue becanda kali, jangan sadis gitu dong!” Anin panik, ia memasang wajah memelas paling memprihatinkan yang ia punya. Namun nampaknya Nal masa bodo. Ia tetap mengisi penuh air panas tersebut. Lalu menghampiri Anin yang sudah naik ke atas brankar.
“Nal!! Gue becanda kali! Lo jangan gitu geh!!” pekik Anin, ia terus bergeser kebelakang menjauh dari Nal.
“Sini-in tangan lo yang itu” ucap Nal dingin sambil menunjuk lengan kiri Anin. Anin menggeleng dengan cepat.
“NGGAKK!! GOBLOK LO RYNALD!! GUE BUNUH LO KALO SAMPE NYIRAM TU AIR!!” Anin berteriak dengan heboh sambil menyembunyikan lengan kirinya.
Tidak tahan akan ekspresi Anin yang kocak. Membuat Nal tertawa kencang, sampai ia berguling di lantai. Anin yang menyaksikan itu lantas ngamuk tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Boyfriend [On Going]
JugendliteraturDON'T COPY MY STORY, MOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAINNYA. ----------- Sulit hati ini untuk merasa yakin adanya bukti janji, akan berharapnya terhadap beberapa sebuah perbincangan yang penuh dengan ruang harapan "Lihat sikapnya...