Haii guys!
udh pada vote blum? Klo blum vote dlu yuk! Biar berkah hihiHappy Reading 💙
-----------
------------------------Luis menaiki anak tangga dengan lesu. Ia baru saja pulang sekolah. Di dalam pikirannya selalu terpenuhi oleh Anin. Ia merasa sangat tidak enak hati pada gadis itu, takut-takut jika ia salah mengambil tindakan.
Saat di undakan terakhir. Alberto memanggil Luis. Yang membuat Luis harus berhenti dan menghadap Papahnya.
"Kenapa Pah?" Ucapnya dengan malas.
Dia sangat malas kali ini, apalagi ia agak was-was ketika Alberto memanggilnya.
"Nanti malam, kita akan makan malam dengan keluarga Gladis. Kamu diwajibkan untuk ikut" ucap Alberto sambil menatap putranya dengan tegas.
"Loh loh. Ko wajib sih, gak ah aku gamau. Aku mau main sama temen" Tolak Luis mentah-mentah.
"Kamu gak denger tapi Papah bilang apa? Kamu diwajibkan untuk ikut!" Tegas Alberto sekali lagi, lalu ia meninggalkan Luis yang masih tidak terima akan keputusan Papahnya itu.
Ia berdecak kesal, dan berbalik melanjutkan jalan menuju kamarnya. Membuka pintu dengan kasar dan menutup dengan cara dibanting.
Liora yang melihat interaksi tersebut hanya menghela nafas pelan. Ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu putranya. Membujuk suaminya pun sangat susah. Hanya berujung sia-sia.
Luis memandang keluar jendela kamarnya. Ia terbayang akan wajah Anin. Ia sangat merasa bersalah pada gadis itu, ia merasa sudah mengkhianati perasaan gadisnya sendiri.
Luis mengalihkan atensinya pada bingkai foto yang bertengger indah di meja samping tempat tidurnya.
Terlihat Anin yang sedang tersenyum dengan gigi kelincinya serta gingsul dengan mata yang menyipit. Sangat manis. Luis sangat menyukai cengiran khas milik Anin.
Pipi gadis itu yang bulat, serasa ingin Luis makan. Ia terkekeh kecil mengingat lekuk wajah Anin. Sangat Lucu.
Hanya Anin yang mampu membuatnya kembali tersenyum. Ia tidak akan melepaskan gadis itu bagaimana pun nantinya.
Ia akan tetap mempertahankan Anin agar tetap menjadi miliknya.
|•••||•••||•••|
Anin rebahan dengan nyaman dibawah pohon jambu milik ibunya, dihalaman depan, dengan beralaskan karpet lipat. Dengan novel yang sedang Ia baca, novel pemberian Luis waktu itu.
"Kira-kira nanti kedepannya hidup gue gimana ya?" Gumam Anin sambil menerawang menatap awan yang berjalan tertiup angin.
Hari sudah sore, namun ia tidak beranjak dari tempatnya tadi. Ia sedang memikirkan Luis. Ia sangat merindukan lelaki itu, namun mau bagaimana, ia kecewa karena Luis seperti itu.
Ada apa dengan Luis, sampai ia tidak tahu apa yang lelaki itu sembunyikan. Apa lelaki itu mencintai perempuan lain? Namun tidak bisa melepaskan dirinya?
Kan, Anin selalu saja seperti ini. Ia harus mencari tahu ada apa dengan Luis.
"Heiii!! Bengong aja niihh!!" Gertak Ezra mengagetkan Anin.
Ia baru saja pulang, entah darimana. Ia mengambil duduk di samping Anin dan meminum jus milik Anin hingga tandas.
"Bego lo bego! Kaget gue!" Marah Anin yang tidak direspon oleh Ezra.
"IHH IHH ITU PUNYA GUE!! GELAS GUE EZRA!! IHH" teriak Anin dengan tangan yang berusaha meraih gelas berisi jus miliknya.
Namun Ezra dengan beringas menghabiskan jus tersebut dan mengangkat tinggi-tinggi gelas tersebut. Lalu sedikit menunduk untuk menatap Anin yang masih berusaha meraih gelas kesayangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/247413693-288-k932226.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Posessive Boyfriend [On Going]
Teen FictionDON'T COPY MY STORY, MOHON MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH ATAU YANG LAINNYA. ----------- Sulit hati ini untuk merasa yakin adanya bukti janji, akan berharapnya terhadap beberapa sebuah perbincangan yang penuh dengan ruang harapan "Lihat sikapnya...