°°°
𝐊𝐀𝐍𝐀𝐆𝐀𝐑𝐀Seusai sarapan tadi, Gara dan Langga langsung turun dan memasuki mobil Aruni untuk segera berangkat sekolah. Hanya Gara saja karena Langga harus membawa motornya untuk mereka berdua pulang.
Gara tidak bisa menaiki bus, Aruni sudah tidak akan menyuruh Gara maupun Langga menaiki bus lagi. Sudah cukup Naya yang pergi Gara tidak.
Langga mendahului mobil Aruni di depan, sementara Gara sibuk membuka ponsel barunya. Hanya ada kontak milik keluarganya saja, tidak ada aplikasi lain, Gara belum mengetahui hal seperti itu.
“Ini buat foto,” tutur Aruni menunjukkan aplikasi kamera pada ponsel Gara.
Gara membukanya dan terlihat wajahnya diponsel itu, awalnya dia tidak tahu namun ia mencoba coba akhirnya bisa.
Gara mengambil banyak gambar bersama Aruni saat di lampu merah, namun pose Gara tidak ada yang senyum.
“Senyum dong,” kata Aruni mengintrupsi dan langsung dituruti oleh Gara.
Aruni mengambil handphone lelaki itu dan memotret putranya yang sedang menggunakan seragam sekolah untuk pertama kalinya. Gara nampak canggung dan malu-malu namun akhirnya ia menunjukan senyumannya dan menatap kamera.
Hasil bidikan Aruni bagus, sangat pas dengan kondisi Gara yang berada di sampingnya.
Sesampainya di sekolah, Gara kembali bingung karena Aruni mengikutinya turun dari mobil. Ia sudah berpamitan dan manyalami tangan kanan Aruni tadi di dalam mobil.
“Gara...,” panggil Aruni.
Gara dengan wajah datarnya menoleh dan menatap Aruni yang sedang memotret dirinya dengan ponsel berwarna pink miliknya.
“Ganteng anak Bunda, semangat ya sekolahnya.” Aruni melambaikan tangannya.
Gara hanya tersenyum dan mengangguk. Melihat senyum putranya adalah hal menyenangkan bagi Aruni, senyumnya indah dengan tatapan tenangnya. Aruni sudah pernah melihat tatapan tajam putranya ketika menonton televisi dengan Langga tempo hari, Langga datang dan memindah saluran televisi yang sedang ditonton Gara. Ternyata anak setenang Gara juga akan kesal jika terusik.
Langga datang lalu pamit dan membawa Gara memasuki area sekolah karena takut terlambat. Mereka berdua tidak sekelas, namun masih satu koridor hanya berselisih tiga ruang kelas. Gara mengikuti Langga saat anak itu membawanya ke ruang guru.
Sesampainya di ruang guru Langga meninggalkan Gara dengan salah satu guru yang akan menjadi wali kelasnya.
“Kanagara?” tanya guru perempuan itu.
Gara menoleh dan mengangguk sopan.
“Ikut saya masuk kelas,” ujarnya sambil tersenyum.
Gara mengekori guru perempuan itu sampai di ruang kelasnya. Para siswa langsung memasuki kelas ketika bel berbunyi dan melihat wali kelasnya memasuki kelas membawa seseorang dibelakangnya.
“Selamat pagi anak anak, hari ini kita kedatangan murid baru, perkenalkan dirimu,” sapanya lembut menyapa semua muridnya.
“Pagi bu!” jawab para siswa serempak.
Setelah 3 detik hening, akhirnya Gara membuka suara.
“Halo, saya Kanagara Jenggala, panggil Gara.” Perkenalannya singkat tanpa ekspresi.
Wali kelas dan semua murid terlihat mendengarkan dengan teliti, namun hanya kalimat itu yang keluar dari mulut seorang Kanagara.
“Ahh ya, silahkan duduk di bangku yang kosong Gara.” Gurunya memerintah lelaki disampingnya.
Gara mengangguk lalu duduk di bangku kosong nomor 3 dari depan dan berada di pojok kanan dekat jendela. Dia terlihat mendengarkan penjelasan yang diberikan guru di depannya sembari mencatat materi.
Tiba pada waktu istirahat datang, Gara keluar kelas sendirian hendak mencari Langga. Sedari tadi teman sekelasnya hanya memandang dan berbisik enggan berkenalan, padahal Gara sangat ingin kenal dengan mereka, namun ia malu dan mengurungkan niatnya.
“Hai, gue Ele temen sekelas lo.” sapa perempuan yang datang menghampiri Gara di depan kelas.
“Gara,” jawab Gara singkat.
“Kita jadi satu kelompok belajar sama Langga, gue dah denger cerita tentang lo.” tambahnya.
Satu wanita datang menghampiri mereka, wajahnya agak mirip dengan Ele namun sedikit lebih pendek dan cantik, menurut Gara.
“Iya,” balas Gara menyahuti Ele.
“Kalo ada apa apa gabung kita aja ya, oh iya ini Eu saudara kembar gue, kita satu kelompok juga.” ucapnya.
Gara menanggapinya dengan sebuah senyuman tipis. Ternyata mereka berdua kembar. Langga datang bersama dengan satu perempuan yang mengekorinya.
“Ssup brother, gimana hari pertamanya?” tanya Langga merangkul bahu Gara.
“Enak,” terang Gara jujur.
Langga membawa Gara ke kantin bersama Ele, Eu dan Letani—perempuan yang tadi mengekor di belakang Langga.
“Mau pesen apa?” Langga bertanya lagi.
“Eskrim yang kemarin. ” jawab Gara.
“Lo suka eskrim?” celetuk Ele tak percaya.
Gara mengangguk.
“Yaaa umum sih, tapi lucu aja cowo datar kayak dia suka eskrim.” timpal Letani hendak tertawa.
“Terserah gue dong.” cetus Gara membela diri.
Langga tersenyum bangga langsung menjulurkan dua jempolnya ke arah Gara, tidak sia-sia kemarin mengajari Gara bahasa gaul agar anak itu tidak terlalu kaku.
Gara hanya mengangguk melihat Langga yang bangga terhadap dirinya.
Langga mengambil ponsel Gara yang berada di saku kemejanya, mengunduh beberapa aplikasi dan membuatkan Gara akun sosial media.
“Nah udah, heh follow akun Gara!” pinta Langga kepada tiga perempuan yang sedang menikmati makanannya.
Segera mereka mengambil ponsel masing-masing dan membuka aplikasi sosial media yang dimaksud Langga.
Mereka menikmati makanannya dalam diam dan menghabiskannya sebelum bel masuk berbunyi akhirnya makanan mereka habis tak bersisa.
Sebelum masuk ke kelas, Gara dipanggil Bu Yuni—wali kelasnya— untuk menemuinya di ruang guru.
“Ini formulir ekstrakurikuler yang tersedia, kamu boleh milih sesuai bakat.” tutur Bu Yuni.
Gara menerimanya dan membaca beberapa kalimat yang tertulis disana. Masih bingung dengan apa bakatnya dan apa yang harus ia pilih.
“Nanti saya bicarakan dengan orang tua saya.” jawab Gara sopan lalu pamit untuk kembali ke kelasnya.
Sesampainya di kelas, ia menjelaskan kepada guru yang sedang mengajar kenapa bisa terlambat masuk, setelah diijinkan duduk dia menyimpan formulir itu ke dalam tasnya dan akan membicarakannya dengan Aruni.
Sekolah hari pertama memang selalu berkesan bagi Gara, entah dulu ia pernah bersekolah atau tidak. Namun, hari ini akan dia ingat sampai kapanpun.
Sepulang sekolah dengan Langga, Gara memasuki kamarnya ia pulang ke rumah Aruni yang terletak tidak terlalu jauh dari sekolah. Dia menatap gitar polos yang ada di kamarnya, kemungkinan besar gitar itu milik Naya karena setelah melihat foto dengan gitar dan piala yang terpajang didinding rumahnya.
Gara mengambil gitar tersebut lalu memangkunya, namun ia masih bingung cara memainkannya, dipetik keluar suara yang merdu namun tak beraturan. Ia kemudian mengambil ponselnya yang bergetar menandakan notifikasi masuk, sangat banyak karena sedari tadi bergetar namun Gara tidak ada niat untuk membukanya.
Notifikasi tersebut berasal dari akun sosial medianya, entah orang mengikuti atau menyukai fotonya. Langga memposting fotonya ketika berada di mall kemarin, sengaja foto di taman dekat parkiran karena pemandangannya bagus. Gara terlihat tersenyum disana, menambah kesan tampan yang terpatri diwajahnya.
Gara membuka aplikasi untuk bertukar pesan, ia menanyakan cara bermain gitar kepada Langga dan mendapatkan balasan berupa link. Gara membukanya dan yang keluar adalah tampilan sebuah video yang menerangkan bagaimana memainkan alat musik tersebut.
Sekitar 3 jam Gara berkutik dengan gitar itu, samar-samar terdengar suara pintu dibuka membuat Gara keluar dari kamarnya. Hari sudah petang dan ia harus menyiapkan makanan untuk makan malam.
Aruni pulang dengan membawa bungkusan yang diletakkan di atas meja makan, Gara mengintip isi bungkusan itu, ternyata makanan. Sembari menunggu Aruni membersihkan diri Gara masih melihat isi video dan berusaha menghafalkan kunci gitar.
“Lagi apa?” tanya Aruni duduk disebelah Gara dengan beberapa piring ditangannya.
“Aku mau belajar gitar boleh kan?” Gara menoleh dan menatap Aruni yang tiba-tiba saja diam.
“Tadi, aku disuruh masuk kelas ekstrakurikuler sesuai bakat, tapi aku nggak tahu.”
“Jadi kamu mau masuk apa?” tanya Aruni mencoba kembali normal, hatinya sudah tidak tenang karena Gara membahas soal musik.
“Kelas musik, boleh kan?” Gara menjawabnya dengan lembut agar Aruni mengijinkannya.
“Kalian punya minat yang sama ya ternyata,” ungkap Aruni tersenyum menyembunyikan air matanya yang akan jatuh.
Gara menatap Aruni bingung, kalian yang dimaksud Aruni adalah dirinya dan Naya?
“Naya juga suka musik.” Suara Aruni melirih.
Hening, tiba-tiba saja Gara dan Aruni tidak ada yang membuka suara untuk memecahkan keheningan yang terjadi saat ini.
“Aku pilih yang lain aja,” ucap Gara mengambil pulpen dan hendak memilih ekstrakurikuler futsal. Tadi ia sudah bertanya tentang beberapa ekstrakurikuler kepada Langga, jadi ia sudah sedikit mengerti tentang isi dari kelas kelas tersebut.
“Terserah Gara maunya apa, Bunda dukung semua yang Gara suka.” kata Aruni mencegah lengan Gara yang hendak memilih kelas futsal.
Gara nampak bingung menatap Aruni.
“Gitar Naya buat kamu aja daripada nganggur, barang berharga Naya juga harus ada yang jaga.” tambahnya sembari menuangkan makanan yang tadi ia beli ke piring dan memberikannya kepada Gara.
Gara mengangguk menyetujui Aruni, “Terima kasih.” ucapnya.
Setelah berbincang bincang tentang sekolahan akhirnya Gara pamit memasuki kamar untuk mengerjakan tugas yang tadi belum ia selesaikan dan menjadi pekerjaan rumah.
Gara menatap gitar dihadapannya, ada stiker berbentuk huruf inisial K pada badang gitar tersebut. Setahunya tadi tidak ada kenapa tiba tiba saja ada. Saat mengamatinya lebih lama akhirnya Gara membiarkan stiker itu karena ia juga menyukainya.
Mengerjakan soal yang ia pahami saja, sisanya Gara mencoba mengambil penjelasan dari ponsel serba guna yang dimilikinya.
Setelah selesai dengan urusan pekerjaan rumah, atensinya tertuju pada aplikasi baru yang tadi diunduh oleh Langga pada ponselnya.
Gara bahkan tidak tahu fungsi dari aplikasi itu apa, hanya melihat foto-foto yang diposting oleh orang orang untuk disebarluaskan.
Lelaki itu iseng memotret dirinya yang sedang tiduran dengan hoodie berwarna hijau tosca yang diberikan Aruni kemarin. Lalu dengan tiba-tiba ia tidak sengaja memencet tombol untuk mengganti foto profil akunnya.
“Ohh jadi ini buat ganti.” gumamnya tersenyum mengetahui sesuatu yang baru.
Lantas mengganti foto profilnya menjadi foto yang barusan di ambil olehnya.
Setelah beberapa menit melihat foto orang orang, ia akhirnya jatuh tertidur dengan sangat lelap.
***
BALIK LAGI DEH HUFFFTT....
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAGARA [ ✓ ]
Fantasy❝Dia kembali, pemilik bola mata indah nan tenang itu datang lagi.❞ . . . Bagaimana jadinya jika Aruni mendapatkan seorang putra yang sangat mirip dengan mendiang putrinya? Bahkan, netra coklat itu seperti berpindah kepemilikan! Mengangkatnya menja...