16# Nyasar

726 310 68
                                    

°°°
𝐊𝐀𝐍𝐀𝐆𝐀𝐑𝐀

Kirana dan Gara tidak bisa menyalahkan siapa-siapa disini, mereka hanya terkena sial yang bersamaan hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirana dan Gara tidak bisa menyalahkan siapa-siapa disini, mereka hanya terkena sial yang bersamaan hari ini. Niat untuk menjauh dari Gara yang sempat membuatnya malu, justru sekarang harus berduaan dengan lelaki itu.

Setelah anak kecil itu dijemput oleh Ibunya yang nampak khawatir mereka berdua terjebak dalam rumah milik Ibu tadi.

Mereka telah tertinggal bus yang membuatnya tidak bisa pulang ke penginapan dan harus memikirkan bagaimana caranya mereka bisa kembali ke sana dan bertemu dengan teman temannya lagi.

Ditambah lagi ponsel mereka ada disalah satu teman yang bertugas wawancara, sangat tidak membantu dalam kondisi saat ini.

Gara melihat Kirana yang diam tidak mau berbicara dengannya, setelah tadi malam ia bicara jika pipi gadis itu merah Kirana pergi meninggalkannya dan sampai saat ini tidak mengobrol.

“Ran...,” panggil Gara didalam keheningan.

Kirana hanya berdeham menanggapi panggilan dari lelaki disampingnya.

“Lo kenapa?” tanya Gara melihat Kirana yang terus menunduk.

Kirana menggeleng, bukan tanpa sebab ia menjadi seperti ini, gadis itu malu dengan Gara.

“Nggak usah sedih kita ketinggalan disini,” kata Gara bingung dengan sikap Kirana yang tiba-tiba saja berubah.

“Gue nggak sedih, toh nanti tetep bisa balik.” sahut Kirana memalingkan wajahnya lagi.

Hening kembali tercipta, mereka berdua masih menunggu Ibu tadi beserta putrinya keluar dari dapur. Gara beranjak hendak keluar dan melihat sekeliling saat dirasa dirinya mulai bosan.
Kirana hanya menatap punggung itu keluar ruangan.

Gara merasakan dingin yang masih melalui celah jaketnya, walaupun sudah memakai pakaian tebal yang selalu bersamanya dua hari ini, suhu di daerah yang menjadi tempat studytour sangat dingin.

Menatap halaman yang tampak gelap dan hening, tidak ada kendaraan yang lewat atau orang-orang berbincang, sangat berbeda dengan gaya hidup di kota.

Gara merasakan tenang kalau mendapatkan angin malam yang menerpa wajahnya.

“Masuk Ga, nanti masuk angin.” Kirana menyusul Gara yang sudah terlalu lama berada di luar.

“Bentar,” sahut Gara tanpa menoleh.

Gadis itu berjongkok, duduk di sebelah Gara yang menatap kosong jalanan dihadapannya.

Wajahnya sangat tenang tidak ada raut cemas walaupun mereka sedang tersesat di lingkungan orang asing. Lelaki itu tampaknya menikmati hari yang melelahkan ini.

“Ayo masuk.” Ibu yang diketahui bernama Sari itu memanggil Gara dan Kirana yang sedang berada diluar.

Gara dan Kirana sontak menoleh dan mendapati Bu Sari sedang membawa nampan berisi air teh.

KANAGARA [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang