hiji

4.6K 207 8
                                    

Bising menusuk kedalam gendang telinga seorang anak SMP yang menutup dirinya didalam kamar. Berusaha meredam suara dengan menutup telinganya menggunakan bantal. Namun sia-sia karena suara mereka terdengar sampai kamarnya. Bagaimana tidak? Fakta kedua orang tua mereka yang bertengkar didepan kamar sang anak membuatnya tersiksa sendirian.

Dia. Dia yang berusaha agar mereka tetap bersama dengan alasan bahwa ia dan sang kakak masih butuh kasih sayang. Tapi nyatanya, hal itu tidak cukup menjadi alasan mereka untuk bertahan.

Mungkin dia akan menyerah. Dia juga sudah lelah mengekang keduanya. Dia juga ingin melihat mereka bahagia.

Sering kali maksudku hampir setiap hari pikirannya berputar mengenai eksistensi dirinya. Mengapa jika mereka memang tidak bisa bersama tapi melahirkan dirinya dan sang kakak? Bukankah terdengar seperti mereka anak yang tidak diinginkan?

Dengan air mata yang berderai, dia berjalan turun dari ranjang. Tangan itu membuka knop pintu yang dikunci oleh dirinya sendiri.

Suara itu, suara pertengkaran yang setiap hari ia dengar semakin kuat ditelinganya. Tapi air matanya sudah habis, ia tidak bisa menangisi mereka lagi.

Bahkan saat dirinya sudah membuka pintu lebar, pertengkaran itu terus berlanjut.

Pandangannya tertuju kepada sang kakak yang menenangkan ibu nya. Tangan sang ibu menunjuk kasar sang suami, sedangkan ayahnya hanya bisa membusungkan dada ikut menantang. Kedua api itu tidak bisa redam sampai amarah sang kakak mencuat kala melihat dirinya berdiri diambang pintu.

"LIHAT APA YANG KALIAN LAKUKAN?."

Teriaknya sambil menunjuk kearah lelaki yang duduk dibangku SMP.

"GAK MALU?," ucapnya lebih tegas lagi.

Sedangkan dia melangkahkan kakinya mendekat ke tengah-tengah diantara mereka bertiga.

"Jin mendingan lo dikamar aja!."

Dia. Seokjin. Tidak mendengar perintah sang kakak. Bahkan dia tersenyum sambil terus mendekat sampai akhirnya berada tepat disana.

"Mama sama Papa kalau mau pisah gak apa-apa. Kakak udah setuju kan? Kalo adek udah gak didengar, buat apalagi ma pa?."

Sang kakak langsung menarik lengan Jin kasar.

"Kalo gitu lo mau ikut sama siapa?."

Wajah Seokjin tampak kebingungan.

"Anak anak ikut aku. Biar aku yang ngedidik mereka supaya ga jadi kaya kamu!."

Sang Papa menoleh kearah suara perempuan yang faktanya adalah istri sahnya. Sekaligus ibu dari kedua anaknya.

"Gak. Justru mereka ga bakal bener kalo sama kamu! Sudah kamu sama pacar kamu saja, bahagia kan kalian berdua?," sinis sang papa.

"KAMU PIKIR AKU BEGINI KARENA SIAPA."

Lagi.. pertangkaran mereka terjadi lagi. Bahkam alasannya juga karena mereka, sang anak. Rasanya kehadiran anak hanya untuk menjadi bahan pertengkaran. Rasanya.. rasanya ia tidak menjadi anak yang baik karena terus berbuat rusuh dikeluarga ini.

"Gue gamau ikut siapa-siapa."

Kedua orang tua dan juga Seokjin menoleh kearah sumber suara. Yaitu sang kakak. Bahkan sosom yang diyakini adalah orang yang kuat dan bahkan tidak pernah memperlihatkan air matanya walau ditengah keributan keluarga.

"Yoongi.. jangan begitu nak. Mama gamau dibilang nelantarin anak."

Ucapan itu diiringi dengan usapan lembut dipundak Yoongi. Namun justru rasa sakit yang ia dapat. Kelembutan sang ibu seperti melukai hati dalamnya.

Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang