Ditengah malam ia terbangun. Mengambil segelas air dan meminum pil ajaib penghilang rasa sakit.
Tubuhnya lemas, ia hampir tidak makan dua hari jika saja bibi tidak membawakan makanan untuknya.
Yoongi, ia yang menyuruh Bibi membawa makanan karena ia takut Jin tidak ingin menemuinya.
Dengan berat ia bangun dan mencoba bangkit, memakai pakaian tebal dan memgambil ponsel dinakas. Segera ia memesan taksi online, berharap pukul sebelas malam salah satu dari mereka masih beroperasi.
Dapat
Ia segera keluar rumah. Malam ini ia tidak perlu mengendap-endap lagi, Yoongi sudah tertidur dan juga bibi sudah pulang sejak sore hari.
Tujuan Jin kali ini adalah rumah sakit, memang seharusnya ia kesana sejak 10 hari lalu namun ia tidak siap jika harus mengungkit takdirnya lagi, tapi bukankah menghindar juga tindakan pecundang? Jin tentu tidak menyukainya.
...
Ia sampai. Dirumah sakit tempat dimana kemarin Yoongi dirawat. Jin cukup beruntung kali ini, karena Dokter Dokyeom yang bertugas malam ini.
Sepinya malam membuatnya bersyukur karena tidak perlu antri. Begitu tiba di ruangan Dokter Dokyeom ia langsung disuruh berbaring diatas brankar.
Membuka baju Seokjin yang dibalut jaket tebal.
Menekan titik rasa sakit sehingga membuatnya meringis bahkan mengeluarkan air mata.
Setelah itu ia memeriksa menggunakan stetoskop, mengambil darah dan menyuruh Jin untuk tetap berbaring.
"Kenapa baru kesini sekarang?."
Jin menggaruk jidatnya bingung.
"Humm.. kemarin aku sibuk dok. Maaf baru sempat."
Dokyeom langsung menyuruh perawat untuk membawa sample darah Jin untuk di analisis. Sementara ia terduduk santai di brankar, sambil memandangi Jin yang malang.
Menurutnya Jin adalah pasien spesial.
Pasien yang entah apa background keluarganya, juga usianya yang belum genap lulus SMP serta kemandirian Jin yang mampu berada disini tanpa pendamping.
"Kamu tidak boleh pulang sampai besok, keadaan kamu sangat tidak baik. Dehidrasi, kelelahan, kekurangan nutrisi serta psikis mu yang tidak terlihat bagus."
Jin hanya mengangguk, tidak ada bantahan karena semua yang dikatakan Dokter itu benar adanya.
"Harusnya kamu kesini sejak kemarin-kemarin supaya keadaannya tidak sampai seperti ini. Apa kamu bawa obatnya?."
Jin mengangguk dan memberikan kantung obat disaku jaket besar miliknya.
Dengan seksama Dokter Dokyeom membaca dan memerhatikan obat itu. Menghitungnya dalam hati.
"Harusnya obat ini sudah habis. Kenapa kamu gak disiplin?."
Yang mampu Jin lakukan adalah memandang kearah lain. Ia tidak berani melakukan kontak mata dengan dokternya, ia tau tindakannya salah tapi ia bingung. Jika ia minta maaf bukankah seharusnya itu untuk dirinya sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Can U See Me?
Fanfiction⚠️almost full of angst Seokjin yang merindukan mama nya Sosok ayah yang selalu menjadi penopang untuknya Hubungan kakak adik juga tidak begitu baik Jin akan bertahan demi semua itu