dalapan

1.4K 172 27
                                    

Jin menatap guyuran air dari shower yang sejak tadi membasahi seluruh tubuhnya. Ia mencari pegangan untuk berdiri, namun sakit disekujur tubuhnya menghantam dan membuat jin kembali terduduk.

Dengan sisa tenaga, ia mematikkan keran itu, dan mulai merasakan dingin yang menusuk kulit serta tulangnya. Ia mual, mulutnya tidak bisa mencegah keluarnya darah dari sana. Kesadarannya sudah hampir menipis, tapi ia tetap berdiri dan melanjutkan muntahannya diatas kloset.

"S-sakit.."

Tangan itu meremat kuat perut yang cekung akibat dimakan penyakitnya. Ia mengusap kasar mulut sampai dagu dengan tangan yang kini berlumuran darah. Ia membuka bajunya dan mengelap darah-darah itu dengan lemas. Lalu beranjak ke kasur dengan telanjang dada dan celana yang basah.

Ia sudah tidak pedulidengan kebersihan diri, ia hanya ingin menghangatkan tubuh ringkihnya barang sesaat. Dingin itu sangat menusuk sehingga Jin dibuat tidak berdaya.

"Maaf... maafin Jin kak."

Hanya itu kata yang terakhir ia ucapkan sebelum matanya menutup rapat dalam selimut yang hampir menenggelamkan dirinya.






...






Yoongi yang kala malam itu tersulut emosi kini terdiam. Sejak bangun dari subuh ia tidak beranjak dari tempat tidurnya, dan hanya terduduk memandang kosong apa yang ada didepannya.

Ia tau memang ayahnya tempramen, dan hanya Jin yang mampu bersabar dan berada disamping sang ayah dengan rasa sabar. Hingga membuatnya tanpa sadar  kini menjadi sosok salinan sang papa.

Apakah Yoongi iri dengan perilaku papanya terhadap Jin? Tentu tidak. Tidak sedikitpun Yoongi merasa iri pada Jin. Berhadapan dengan sosok Papa yang tempramen dan mudah tersulut itu tidak nyaman bagi Yoongi.


Karena ia bukan laki-laki yang memilik rasa sabar sebanyak Jin

Walaupun Mamanya juga perempuan yang berhati ular. Menghalalkan segala cara agar mendapat apa yang ia inginkan. Termasuk kesuksesan sang Papa. Membuat hatinya dengki dan merasa bahwa ia terkalahkan, bahkan dengan menggandeng laki-laki yang lebih kuat dan sukses berhasil ia lakukan demi merendahkan sang suami.

Memang bukan tanpa alasan Mama mereka melakukan itu. Karena keluarga Papanya selalu merendahkan keluarganya, ia tidak terima kala ia sukses dan hanya menjadi pemuas suami dan melayani anak-anak mereka. Ini bukan cita-citanya. Anak bukan hal yang begitu ia inginkan. Ia hanya ingin hidup bebas dengan kesuksesan, dan seorang anak hanya akan mengganggu impiannya, apalagi Seokjin. Anak bungsunya yang hanya bisa belajar, bahkan tubuhnya lemah. Membuat wanita itu malas untuk berdekatan. Menurutnya Seokjin adalah sosok yang merepotkan dan batu penghalang.


Yoongi mengusap wajahnya kasar. Ia tidak bisa berdiam diri dan hanya meratapi rasa bersalah itu pada Jin. Segera ia bangkit dan menuju kamar sang adik.


Sayangnya pintu itu tertutup rapat. Jin mengunci dirinya sebelum ia terlelap.


"Dek?"


Yoongi menyenderkan jidatnya pada pintu. Ia menangis. Rasanya sakit saat seseorang yang mau bersamanya, satu-satunya manusia yang tidak ingin meninggalkannya.

"Sorry."

...



Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang