kalima ceunah

1.5K 164 23
                                    

Anak dengan usia 15 tahun yang kinu terpaksa menghabiskan waktunya untuk menerima kenyataan. Dimana ia yang masih bisa menikmati masa remaja awalnya, malah harus berhadapan dengan kenyataan yang tidak menguntungkan.

Orang tuanya bercerai

Hidup berdua dengan sang kakak yang acuh

Tidak dipedulikan

Tapi masih ada harapan bukan? Ia masih ingat bahwa setiap manusia memiliki masa. Masa sulit dan masa indah. Ia selalu menekankan bahwa hidup tidak selamanya dibawah, suatu saat ia pasti akan merasakan kebahagiaan yang nyata.

Jin. Laki-laki kuat dengan beban yang ia pikul sendiri.

Dia tidak pernah menyayangkan bahwa di usianya ia lebih baik untuk bersenang-senang. Tidak masalah baginya jika itu sirna, dia tidak ingin meminta banyak kepada yang Maha Kuasa. Bukan karena tidak percaua akan anugrah, tapi takut bahwa harapannya yang akan menghancurkan dirinya sendiri.


Jin membantu Yoongi duduk dengan bantal yang menjadi sandaran punggungnya. Menyakitkan melihat sang kakak yang tidak mampu berbuat apa-apa. Sungguh ia lebih suka kakaknya berangkat keluar rumah dan bersenang-senang dibanding dengan wajah murungnya yang terpaksa harus berdiam diri selama 2 minggu.

"Kakak katanya harus banyak makan protein. Kakak mau ayam atau telur dadar?."

Jin menawarkan dua menu yang ia bawa. Juga tidak lupa dengan makanan tambahan lain seperti susu dam sayur. Yoongi hanya memandang tak selera dengan menu yang ia bawa. Padahal kesehariannya juga makan makanan itu.

"Kalo kakak mau dua-duanya juga gapapa. Aku taro disini ya kak?."

Yoongi mengangguk. Ia tidak banyak bicara karena moodnya yang buruk akibat kegagalannya dalam pertandingan awal. Walau mereka menang tapi jika ia tidak ikut bermain rasanya juga tidak menyenangkan. Apalagi sejak ia pulang dari rumah sakit teman-temannya tidak ada yang menjenguk.

"Lo mau sekolah?."

Jin menoleh saat ia sudah diambang pintu untuk siap-siap dan berangkat sekolah.

"Iya kak. Kakak gapapa sendirian?."

"Gapapa lah. Lu kira gue anak kecil yang harus ditemenin?."

Jin terenyum lucu mendengar sang kakak yang merajuk. Tentu itu menyindirinya tapi malah terdengar menggemaskan bagi Seokjin.

"Tapi kalo kakak pengen aku temenin, telfon juga boleh. Kayanya juga hari ini gurunya rapat."

"Sotau banget. Kalo ga rapat gimana?."

"Ya ga gimana-gimana lah kak. Tinggal lanjut belajar. Udah ya kak adek berangkat, jangan lupa kabarin ya kalau butuh adek."

Ditutupnya pintu itu oleh Seokjin. Meninggalkan kamar Yoongi yang kini hening seperti tanpa kehidupan disana.

Sedari ia bangun pagi Jin ada disana, meembantunya untuk buang air menggunakan pipet bahkan tanpa rasa jijik sedikitpun, serta membantu membasuh tubuhnya yang tidak bisa berdiri dan berjalan sekedar kekamar mandi.

Ia merasa tidak berguna.

Namun disisi lain ia merasa senang kala seseorang memberi perhatian dan kasih yang besar.






...





Selama Yoongi berada dirumah ia terus menyuruh-nyuruh bibi, sang asisten rumah tangga untuk memenuhi keinginannya. Seperti mengambilkan game, minum, cemilan, membantunya mengganti posisi.

Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang