kaopat

1.4K 166 13
                                    

Setelah bergelut dengan rasa sakit, Jin terbangun. Ia melihat sekeliling dan juga keadaannya sekarang. Baju putih polosnya berlumuran darah, begitu juga dengan sprei yang ia pakai.

Ia tidak tau apa yang terjadi dengan dirinya sendiri. Ia sering mengalami sakit dibagian perutnya, juga mual muntah. Puncaknya adalah tadi saat ia tak sadarkan diri.

Jin tidak berani untuk memeriksakan dirinya dirumah sakit, ia takut jika memang dia menderita sesuatu yang buruk.

Kehidupannya sudah cukup menyiksa, apa tuhan akan memberi cobaan lain pada Seokjin? Jikapun iya. Jin sudah tidak bisa protes, ia sudah berusaha baik pada hidup namun hidup tidak pernah membalas kebaikannya, dan malah menghukum Jin seolah ia yang paling berdosa didunia ini.

Ia teringat kakaknya Yoongi. Suara iyang terakhir ia dengar menyadarkan dirinya untuk menjaga jarak dengan sang kakak, yang berarti bahwa ia sendirian lagi.

Saat ia setuju mengenai perceraian kedua orang tuanya, ia berpikir ini adalah cara tuhan agar ia semakin dekat dengan sang Kakak. Namun nyatanya tidak. Ia justru semakin jauh saat mencoba mendekati kehidupan Yoongi. Terasa seperti tiba-tiba tumbuh dinding yang besar diantara Jin dan Yoongi.

Jin berdiri, melepas bajunya. Ia memandangi tubuh kurus itu dihadapan kaca, matanya sayu memandangi tubuhnya yang penuh lebam biru yang entah datangnya dari mana. Perutnya juga sedikit membesar padahal badamnya kurus.

Apa itu terasa sakit?

Ya.

Jika ada seseorang yang bertanya keadaannya sekarang, ia akan bilang ia sakit. Tubuhnya sakit, hatinya juga.






...





"Yoon mending lo suruh adek lo ikut bokap atau nyokap deh. Tujuan lo hidup sendiri kan buat bebas, kalo adek lo ganggu jadi gak seru."

Ucapan Jimin selaku sahabat Yoongi memang terdengar buruk dan tega. Tapi disisi lain ia mengakuo bahwa itu adalah fakta.

Tapi ia tidak akan membiarkan Jin dengan orang tua yang seperti itu. Jika ia ikut sang Mama, pasti terabaikan karena ia mendapat kabar bahwa sang mama sudah tinggal bersa laki-laki yang ia cintai sebenarnya, bukan sang papa. Fakta itu belum ia bicarakan pada sang adik. Ia tidak ingin melihat wajah kecewa Seokjin lagi.

"Gak. Biar aja dia ikut gue. Gue pastiin itu bocah gabakal ganggu, gue bisa didik dia lebih baik dari bonyok."

Yoongi merasa bahwa ia terlalu baik pada Jin. Mungkin ia akan lebih tegas pada si bungsu, supaya ia dapat mengerti bagaimana hidup berjalan sesungguhnya.

"Yaudah terserah lo. Gue cuma nyaranin, kalo emang ga betah sama dia mending tinggal aja. Lo bisa kan ngekos sendiri?."

"LO GILA!?."

Entah setan darimana tapi perkataan sahabatnya sangat buruk. Bagaimana ia bisa meninggalkan sang adik yang tidak memiliki siapa-siapa lagi? Ini bukan soal kasihan tapi naluri seorang kakak.

"Kok lo jadi ngegas?," imbuh Jimin yang sekarang ikut berdiri menyamakan tingginya dengan Yoongi.

"Gue bisa urusin adek gue sendiri. Lo jangan ikut campur, karena saran lo gak gue terima."

Yoongi langsung berdiri dan meninggalkan basecamp mereka. Ia memgendarai mobil dan kembali menuju tempat tinggalnya. Ia harus menyelesaikan sesuatu dengan adiknya. Ia harus bisa memberi pelajaran agar Jin bisa mengerti keadaannya sekarang dan bersikap dewasa walaupun ia masih anak-anak yang butuh kasih sayang dan perhatian.

Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang