duaopat

1K 137 22
                                    

Sejak setengah jam yang lalu, Seungcheol hanya memandangi Jin yang masih terlelap dengan masker oksigen. Telinganya bisa mendengar suara wheezing yang kuat setiap kali Jin menarik nafas. Membuat hatinya terasa ngilu.

Pingsannya Jin membuat Seungcheol panik bukan main. Ia langsung membawanya ke rumah sakit dan mengabaikan keberadaan Soohan yang masih mematung kala itu.

Soohan pun shock. Ia tidak tau itu. Siapa yang tau bahwa anaknya dalam kondisi buruk karena Jin yang tidak pernah mengeluh maupun menceritakan semua rasa sakitnya.

Seungcheol ingat betul apa yang dokter Dokyeom katakan sebelum meninggalkan kamar rawat Jin.

"Jin harus dirawat untuk waktu yang lama. Aku tidak yakin jika dia akan membaik dengan cepat. Kanker itu sudah bermetastasis ke paru-paru."

Ingin rasanya ia menangis, berteriak menyalahkan semesta atas takdir putranya yang begitu malang, sungguh jika boleh ia ingin menukarnya dengan dirinya saja.

"Pa.."

Suara itu. Suara lirih yang diiring deru napas berat dan basah. Kesadarannya yang sejak tadi ia tunggu, tapi ketika mulut itu terbuka Jin hanya meringis.

"Adek sesek?."

Jin mengangguk dengan air mata yang berderai kala surainya diusap lembut oleh sang Papa.

"Mama?."

Satu kata yang membuat Seungcheol seketika diam. Tidak ia tidak cemburu kala anaknya menyebut nama sang Ibu, tapi ia masih heran. Jin yang mendengar percakapan keduanya mengapa masih bisa bersimpati pada wanita itu.

"Ada, masih dirumah," jawab Seungcheol seadanya.

"Kakak?."

"Lagi nemenin Mama," sedikit ragu kala ia menjawab pertanyaan itu, ia takut bahwa Jin akan merasa diasingkan lagi. Tapi melihat Jin yang masih tenang, Seungcheol tidak lagi khawatir.

Jin mengangguk dan memejamkan matanya. Ia tidak mau ambil pusing lagi. Ia hanya ingin rasa sesak itu berkurang dan bisa tertidur dengan nyenyak setidaknya untuk malam ini.












...












"Kamu mau kemana?."

Pertanyaan itu datang ketika Yoongi sudah mendorong knop pintu untuk keluar rumah. Namun suara tegas Soohan menghentikannya.

"Ke rumah sakit ma."

Soohan mendekat dan menggenggam kedua tangan Yoongi.

"Dia udah ada Papa kamu yang nemenin. Yoongi disini aja ya sama Mama?."

Dengan lembut ia melepas genggaman sang Mama perlahan.

"Adek sakit Ma. Dia butuh aku."

Raut wajah perempyan berusia 30 tahunan itu berubah, memerah padam menahan marah. Baru saja ia menikmati waktunya sebentar bersama putranya yang jemarin selalu sibuk dengan alasan ingin memperbaiki nilai akademis agar lulus dan masuk perguruan tinggi negeri di tahun depan tanpa ujian.

"Kamu pikir Mama ga butuh kamu!?."

Tangan Yoongi mengepal keras ia mengatur nafasnya dengan baik, karena sungguh ia tidak ingin membentak Mamanya. Bagaimanapun juga, Ia adalah wanita yang telah melahirkannya.

Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang