Hari hari berlalu mereka lalui. Lebih tepatnya masing-masing dari mereka melakukan hal yang berbeda. Walaupun mereka tinggal bersama tapi kebersamaan diantara mereka tidak terlihat.
Yoongi yang sibuk dengan urusannya, dan Jin yang sibuk menunggu Yoongi. Karena Hanya Yoongi yang ia punya, Yoongi adalah rumah tempatnya pulang. Itu yang selalu dipikiran Jin, namun Yoongi tidak nampak bahwa ia mengingat hal tersebut.
Seperti malam ini. Seokjin sendirian menunggi kedatangan Yoongi. Memang ia sekarang terbiasa menunggu sampai tengah malam. Tapi malam ini berbeda, hawanya tidak sama seperti malam-malam kemarin. Rasanya lebih sunyi, bahkan ia bisa mendengar gemercik air keran yang berada jauh dari tempatnya berada.
Jin memandang kearah jam yang sudah menunjukkan pukul 2 lewat 15 tengah malam. Padahal biasanya Yoongi tiva tepat pukul 2. Rasa khawatir menyeruak dibenaknya. Ia beranjak, mengambil jaket tipis yang berada dikamarnya.
Ia keluar rumah tidak lupa dengan mengunci pintu. Lalu dengan cepat membuka gerbang dan berjalan sambil memesan taksi online.
Ya. Seokjin pergi untuk menemui Yoongi, menjemputnya pulang karena nanti pagi mereka masih harus sekolah.
Semenjak mereka tinggal berdua, gaya hidup Jin berubah menyesuaikan dengan Yoongi. Siang hari saat pulang ia tidur sampau malam.
Sementara Yoongi pulang sekolah juga sama seperti Seokjin. Bedanya saat ia tiba dirumah, Jin sudah terlelap. Saat ia terbangun, Mereka makan bersama dan Yoongi pergi lagi dimalam hari sampai keesokanya.
Mereka hanya bertemu saat pagi dan makan malam. Tapi Jin selalu menunggu Yoongi tiba, walaupun saat sampai dirumah ia diabaikan karena Yoongi langsung kekamar dan tidur disana.
Setidaknya Jin tenang jika dirumah ia melihat Yoongi, tempatnya pulang. Rumah yang satu-satunya ia miliki ada didepannya.
...
Yoongi yang sedang asik bermain game di ponsel bersama teman-temannya melupakan waktu pulang yang sudah terlewat. Biasanya ia akan diminta pulang oleh sang mama. Karena berbeda dengan Jin, Yoongi dekat dengan Mama sedangkan Jin dengan papa.
Seolah tuli, ia tidak mendengar ponselnya berbunyi. Lebih tepatnya ia mematikan notifikasi ponsel karena ingin fokus bermain game. Namun melupakan seseorang yang sedari tadi menunggunya.
...
Jin tiba ditempat yang ia cari. Tidak sulit menemukannya karena ia pernah kesini bersama sang Papa untuk menjemput Yoongi yang saat itu marah dan memutuskan untuk pergi tanpa pamit.
Dilihatnya dari jauh, Yoongi sedang tertawa bersama teman-temannya. Ia melihat selinting rokok berada diantara kedua jari telunjuk dan tengah tangan Yoongi. Ada rasa tak nyaman disana, karena dulu... dulu saat keluarga mereka utuh, Yoongi tidak pernah berani melakukan hal itu bahkan saat jauh dari rumah.
Jin mendekat dengan mengeratkan jaket tipis yang ia pakai. Suasana malam yang mendekat subuh memang sangat dingin. Tubuh kecilnya dibuat menggigil oleh angin yang tiba-tiba menghembus dirinya.
"Kak?."
Yoongi langsung menoleh bahkan membiarkan karakter gamenya mati begitu saja. Ia berdiri dan mendekat namun wajahnya terlihat tidak senang dengan kedatangan Jin.
"Lo ngapain sih disini?."
Setiap Yoongi pergi dan kembali ia nelihat Jin yang kadang terlelap disofa dengan kunci rumah yang terbuka. Membiat Yoongi marah dan terkadang mendiaminya seharian.
"Tapi kakak biasa pulang jam 2. Sekarang udah jam 3 lebih kaka belum pulang."
Yoongi meletakkan handphonenya di meja. Sementara teman-temannya memandang tidak suka kedatangan Jin.
"Udah gue bilang lo gausah nunggu. Batu banget. Katanya lo mau nurut sama gue!?."
Mungkin ini adalah kalimat terkasar yang Jin dapat dari sang kakak, karena ketidakdekatan mereka, Jin bahkan tidak tahu bahwa sang kakak pemarah.
"Kan bi..biasanya ka-"
"Biasanya apa!? Sekarang udah beda! Jangan sama-samain kaya dulu yang masih ada bokap nyokap."
Jin hampir mengeluarkan air matanya namun ia tahan karena tidak mau membuat sang kakak semakin marah.
"Gue cabut dulu. Ntaran lagi kita maen."
Yoongi langsung menyambar kunci mobol yang ada di meja.
"Lain kali kita pindah nongkrong aja. Adek lo ga asik banget."
Perkataan itu membuat Jin terluka. Apakah yang kakaknya rasakan juga demikian?
Sementara Yoongi langsung menarik kasar tangan Jin, tanpa peduli apa yang dirasakan sang adik. Sakitnya ia tidak peduli, karena dimata Yoongi. Adiknya hanyalah anak kecil yang mengganggu ketentraman masa mudanya.
Mereka berdua masuk kedalam mobil sport hitam milik Yoongi.
"Lo gausah bawa-bawa kata dulu. Sekarang gak sama lagi. Gue harap lo udah dewasa dan ngerti keadaan kita sekarang!."
Jin hanya mengangguk. Memang apalagi yang bisa anak kelas 3 SMP lakukan selain menurut kepada yang lebih tua? Ia tidak pernah mau seperti sang mama yang selalu menentang papa. Ia ingin menjadi anak yang penurut dan tidak pernah melawan. Bukan karena ia tidak bisa, tapi ia tidak mau kehilangan rumahnya. Lagi.
Mereka sampaì dirumah namun Yoongi mendiami Jin. Sekentara Jin yang berjalan dibelakangnya hanya memandangi tubuh Yoongi yang tinggi dan besar.
Namun pandangannya tiba-tiba memburam. Ia reflek memegang kepalanya erat dan langsung masuk kedalam kamar. Menutupnya kasar dan beringsut duduk dilantai yang dingin dengan air mata yang ia tahan sedari tadi. Mengalir diiringi rasa sakit dan sesak didadanya.
"Gak... enggak. Jin jangan repotin kakak lagi."
...
Paginya setelah beberapa jam tertidur, Yoongi bangun dan mematikan alarm yang berbunyi diatas nakas. Ia terbangun dan langsung meneguk air yang telah ada disana. Entah.. mungkin Seokjin yang menyimpannya.
Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya dan berangkat sekolah. Biasanya jam-jam ini Jin akan berteriak dari luar dan mengajaknya makan pagi bersama. Namun pagi ini nampak tenang. Yoongi sedikit menyukai suasana nyaman ini.
Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, ia keluar dan melewati pintu kamar sang adik yang masih tertutup.
Ia berhenti disana. Sedikit rasa bersalah muncul didadanya. Ia mengangkat tangan untuk membuka kamar sang adik. Namun niatnya urung. Ia akan membiarkan Jin sendiri dahulu dan memikirkan apa yang ia bilang semalam.
...
Sementara didalam sana Jin dalam keadaan yang buruk. Tubuhnya remuk redam dengan perut yang terasa melilit sakit. Ia meringkuk dengan keringat sebesar biji jagung dipelipisnya.
Perkataan Yoongi masih terngiang mengenai ia yang harus dewasa dan tidak merepotkan sang kakak. Dengan cepat ia berusaha bangun untuk meminum obat pereda nyeri dilaci kamar miliknya.
Menelan dua buir obat dengan bantuan air lalu membaringkan tubuhnya kembali. Ia tidak akan berangkat kali ini. Juga tidak akan mengabari Yoongi mengenai keadaannya.
Sang kakak pasti sudah berangkat.
Pikirnya. Ia membalut tubuhnya kembali dan tertidur akibat efek obat yang bekerja.
TBC
Haiiiii lagi semangat nih
![](https://img.wattpad.com/cover/271466010-288-k183051.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can U See Me?
Fanfiction⚠️almost full of angst Seokjin yang merindukan mama nya Sosok ayah yang selalu menjadi penopang untuknya Hubungan kakak adik juga tidak begitu baik Jin akan bertahan demi semua itu