tiludalapan

1K 118 14
                                    

Soohan berlarian di koridor rumah sakit dengan pakaian seadanya sambil mengangkat sedikit dress panjang yang ia kenakan. Sesekali tangannya menyeka air mata yang menetes disana. Rasanya tempat ini lebih luas dari terakhir ia datang, waktu terasa melambat. Ia ingin segera sampai disana. Ditempat Jin berada.

Soohan berhenti. Ditatapnya Yoongi yang kini bersandar dengan mata tertutup. Ia duduk disamping anak sulungnya.

"Maa... Kakak gagal jagain adek."

Pergerakkan tiba-tiba Yoongi yang langsung berlutu dihadapannya membuat Soohan terkejut.

"Adek Ma.. adek koma."

Wanita itu menutup mulutnya. Ia menangis lagi. Kata itu begitu kejam baginya. Ia yang baru saja menerima semuanya harus kembali dengan rasa takut.

Tangan lentik itu terulur membantu Yoongi agar duduk disampingnya. Mengusap punggung tangannya pelan.
Ia mencoba menenangkan sang anak walau hatinya tak kalah kalut. Ia bisa melihat tangan Yoongi yang kemerahan akibat noda darah dari Jin.

"Jangan nangis. Adek pasti ga suma ditangisin."

Yoongi tersadar, ia menjadi sosok lemah yang bukan seperti dirinya. Ia menangis, bukankah ia yang seharusnya menguatkan Soohan saat ini malah menjadi sosok yang paling terluka.











...










S

udah genap satu minggu Jin koma. Tidak pernah absen salah satu dari orang terdekatnya menemaji Jin. Entah itu Soohan, Yoongi maupun sikembar dan juga Namjoon.

Dokter Dokyeom mengatakan bahwa kanker yang dideritanya sudah memyebar ke seluruh tubuh, sehingga sulit baginya untuk bisa terbangun. Walaupun Jin sadar, mungkin fungsi hati, jantung dan paru-parunya sudah tidak bisa bekerja dengan baik lagi.

Kini Soohan membersihkan tubuh Jin dengan handuk hangat. Tiga hari ini dada Jin terbuka tanpa baju, membuatnya pasti merasa kedinginan walau sudah dibalut selimut. Dadanya ditempeli beberapa kabel yang terhubung dengan EKG. Mulutnya terbuka karen ventilator yang dimasukkan kedalam paru-parunya. Dada itu masih naik turun walau tidak teratur.

"Adek bangun dulu yuk? Mama mau ngomong sama Adek."

Ucapnya sambil mengelap lengan dan leher Jin.

"Hiks.."

Tangannya menyentuh pipi Jin yang tirus mencium punggung tangan dengan jari yang terdapat oxymeter, yang berguna mengukur kadar oksigen dalam tubuh.

"Adek udah capek ya?."

Sungguh berat baginya dan bagi Jin. Saat ia dipaksa bertahan dengan keadaan yang tidak memungkinkan. Tubuh itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa kala mereka memaksanya tetap disini.

"Mama tau adek capek kemo, capek terapi, capek denger Kakak sama Mama yang minta adek bertahan."

Ia dengan kasar menghapus air matanya.

"A-adek boleh nyerah. B-boleh kalau memang adek bahagia nantinya. M-mama mama ikut senang."

Air mata itu tak hentinya mengalir bahkan tangan Jin ikut basah.

Tidak ada ibu yang tega melepas anaknya, tidak ada satupun yang dengan senang hati mengikhlaskan kepergian seseorang yang berarti. Soohan tidak akan kuat, tapi ia tidak bisa melihat Jin terus menerus seperti ini.











...












Besoknya, pagi-pagi. Ketika bangun dari tidurnya ia mendapat kabar bahwa Jin telah sadar. Langsung ia membangunkan Yoongi dan mengajaknya ke rumah sakit bersama.

Can U See Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang