16| Takut

236 150 4
                                    

"Hanya cintamu yang dapat memberikanku harapan dan menimbulkan pengorbanan"

"Vina, bangun Vin! Jangan bikin gue khawatir, jangan tinggalin gue, lo bilang lo gapapa, tapi lo kaya gini. Bangun Vin! Mana Vina yang kuat? Mana?" Alwi mencium punggung tangan Vina.

Mata Alwi memanas, ia rasa air matanya akan jatuh jika mengedip sekali saja. Nafasnya tercekat, seperti ada sesuatu yang menghempit dadanya membuatnya sulit untuk bernafas.

Melihat Vina dalam keadaan seperti ini sungguh membuat hati Alwi seperti tertusuk pisau, perih dan sangat sakit sampai menembus ke rongga dada.

Ada apa ini? Mengapa perasaan Alwi seperti ini? Mengapa melihat Vina terluka membuatnya khawatir dan ikut merasakan sakit yang Vina alami?

Tolong jawab apa yang terjadi pada dirinya! Apakah Alwi mencintai Vina atau Alwi hanya khawatir dan merasa bersalah karena bagaimanapun Vina jadi seperti ini berniat menolong Abinya?

Entahlah, sepertinya Alwi benar-benar mencintai Vina. Tapi ia akan tetap memastikan perasaan apa yang ia rasakan kemarin, hari ini, dan seterusnya.

"Vina, gue mohon lo bangun!" lirih Alwi, mengelus pipi kanan Vina.

Mayumi yang melihat ada kekhawatiran dimata Alwi tersenyum tipis, sepertinya anaknya itu sudah mulai jatuh cinta. Ia yakin Vina wanita yang baik sampai rela mengorbankan nyawanya untuk orang yang bahkan belum sama sekali ia kenal seperti Mahdar.

Mayumi berharap kehadiran Vina dikehidupan Alwi membawa warna untuk anaknya itu, dan semoga Alwi bisa merasakan bahagia lebih dari sebelumnya.

"Alwi tenang dulu yaa, Vina ga akan kenapa-kenapa. Alwi harus percaya kalo Vina pasti bangun lagi" ucap Mahdar yang duduk dibangku kemudi, sepertinya Mahdar menyadari apa yang ada dipikiran Mayumi.

"Iyaa sayang, Vina ga akan kenapa-napa, Alwi tenang dulu yaa Vina pasti bangun lagi" kini Mayumi yang berbicara untuk menenangkan putranya.

Perlahan sebulir air mata Alwi turun membasahi pipinya, Alwi tak pernah menangisi siapapun, kecuali keluarganya.

Tapi ini semua pengecualian untuk Alvina Kralovna Mery, dia berhasil membuat air mata Alwi jatuh tepat dihadapannya. Alwi mengangkat lembut jemari Vina untuk menghapus air matanya.

"Mana Vina yang janji bakal hapus air mata gue kalo gue nangis? Gue lagi nangis Vin, lo ga mau hapus air mata gue?" tanya Alwi, air mata dipipi kirinya menetes.

"Shh—jangan nangis lagi Al, g-gue gapapa kok" Vina membuka kedua matanya dengan menahan segala sakit yang menghantam tubuhnya.

Perlahan tangannya terulur untuk menghapus air mata Alwi, walaupun tangan Vina sangat lemas dan bergetar pertanda betapa sakitnya ia saat ini, tapi ia tetap memaksakan diri untuk mengulurkan tangannya.

Alwi melihat Vina tersenyum, walaupun dari tatapan matanya Alwi dapat merasakan sakit yang Vina rasakan.

"Vina, jangan tinggalin gue!" pinta Alwi menggenggam erat jemari Vina, menandakan kepada pemilik tangan bahwa ia benar-benar tak mau ditinggal Vina.

"Kan g-gue udah pernah j-janji sama lo kalo gue bakal baik-baik aja, kecuali ditinggal s-sama lo. Nggak ushah k-khawatirin gue, kalo pun g-gue udah ga ada lagi, setidaknya g-gue masih mencintai lo s-sampai ajal menjemput" ucap Vina lirih menahan rasa sakit yang semakin lama semakin bertambah.

QUEEN HALU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang