18| Ayah?

244 135 5
                                    

        "Kecewa, tapi ini rumit karena aku terlalu mencintaimu" -alvina

Vina bangkit dari ranjang membuat Michle mengernyit, menatap heran adiknya.

"Mau kemana Vin?"

"Kamar mandi"

"Ati-ati, kalo ada apa-apa teriak aja!" pesan Michle tak mau sesuatu yang buruk terjadi kepada adiknya.

"Iya bang Twety"

Tak lama kemudian Vina keluar dari kamar mandi menggunakan seragam sekolah lengkap, Michle terkejut bukan main dengan pandangan bertanya-tanya "adiknya ini masih waras atau tidak?" 

"Lo ngapain? Ga waras lo? Percuma punya otak kalo ga digunain! Lo ga mikirin kondisi lo? Lo mao sekolah hah?? Jangan gila lo!" tukas Michle mengacak rambutnya frustasi.

"Woles bro, jangan meng–setan gitu" sahutnya, Michle tambah emosi.

"Wolas-woles, gimana gue ga meng–setan? Lo aja kaya gini! Ga usah mikirin oranglah, diri lo aja ga lo pikirin. Mau sampe kapan hah? MAU SAMPE KAPAN LO BAHAYAIN DIRI LO SENDIRI?!" Michle benar-benar tak habis pikir, kemana fungsi otaknya yang cerdas itu?

"Ishh elaah, lo santai aja bang, gue udah baikan kok. Lo nggak usah khawatirin gue kayak gitu deh" sepertinya yang meng–setan itu Vina, bukan dirinya.

"Baikan pala lo peang!" Michle menjitak pelan kepala Vina, membuatnya mengaduh kesakitan.

"Lo rabun ya? Pala gue bunder normal gini dibilang peang, kalo pala gue peang pala lo apaan?"

"Males gue ngeladenin omongan lo. Pokoknya lo ga boleh masuk sekolah, tunggu sampe bener-bener sembuh, titik!"

"Ambil penghapus, hapus titiknya. Gue bakal tetep berangkat sekolah, gue nggak mau Alwi, sahabat, temen, dan para fans gue khawatir. Gue nggak bakal nonjok orang kok bang" Vina terkekeh, tak mau menuruti omongan Michle walaupun ia tau Michle benar.

"Lo tuh keras kepala banget, yaudah terserah lo. Gue izin dulu ke dokter, tapi lo harus ingat lo ga boleh macem-macem, diam aja duduk manis dikelas. Awas sampe lo kenapa-napa, gue ga akan bantu lo lagi! "

"Siap bang Twety yang mulutnya lima senti" Vina terkekeh, Michle mencebik sebal.

"Vina!" pekik Isabel yang datang disusul Reva dan Mukhti, ketiganya begitu bahagia melihat Vina sudah sadar, air mata bahagia tak sanggup lagi ditahan.

"Shh—pelan, sakit tau!" pekik Vina saat merasakan bahunya tersentuh, sontak mereka berdua langsung melepaskan pelukannya.

"Ya Allah Vin, Bunda takut banget Vina ninggalin Bunda" Isabel mengelus rambut panjang Vina.

"Enggak lah bun, lagipula Vina nggak kemana-mana kok" sahut Vina enteng tanpa beban, semua yang melihatnya ingin sekali menabok kepalanya.

"Maaf" lirih Reva, Vina menoleh.

"Semua perlakuan gue, gue minta maaf. Gue emang bukan kakak yang baik buat lo, tapi lo harus tau, gue sayang dan peduli sama lo. Semua sikap kasar gue ada alasannya, gue mau Alvina Kralovna Mery jadi princess terkuat"

QUEEN HALU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang