10. Cengkeraman Masa Lalu

7K 1.4K 102
                                    

Halo. Bantu temukan typo kalau memang ada, ya. Thank you. 😘😘

OooO

Hujan sudah reda, menyisakan lalu lalang angin nan lembab yang kini sukses membuat tubuh Ayumi makin menggigil. Gadis itu merapat pada tembok, berjongkok di atas sepatunya yang menyiksa kaki, lalu erat-erat memeluk tubuhnya sendiri. Membusuk saja sebagai pengangguran, gadis-gadis yang sudah mengerjainya itu. Ayumi bisa pastikan Argantara akan mengamuk begitu tahu apa yang sudah menimpa dirinya.

Tiga jam sudah Ayumi terjebak di atap gedung ini. Setengah jam dalam keadaan mendung sisanya adalah hujan keras dan gerimis. Kalau mau, sebenarnya Ayumi bisa mencoba untuk keluar dari tempat ini dengan pengalamannya di panti asuhan dulu. Ketika itu, Ayumi dikuncikan di gudang oleh Gista dan kawan-kawannya tapi toh Ayumi bisa lolos setelah mendayagunakan jepit rambutnya yang ajaib. Gista dan kawannya berakhir menganga, ketika Ayumi melenggang tak acuh di hadapan mereka.

Namun kali ini Ayumi tak melakukan itu. Dia lebih dulu berpikir bahwa dia bisa memanfaatkan kondisi ini untuk mencengkeram Argantara lebih kuat sekaligus memberi pelajaran pada siapapun yang bermaksud mengajaknya berkelakar. Memang agak merepotkan, namun Ayumi sudah meneguhkan hati bahwa Argantara harus khawatir kepadanya. Laki-laki itu harus menunjukkan kemarahan apabila sesuatu yang buruk menimpa Ayumi. Dengan begitu, Ayumi bisa mengukur seberapa bergantung sebenarnya laki-laki itu akan dirinya.

"Ay."

Nah, ini dia! Ayumi mengangkat kepala dan langsung diserbu oleh wajah khawatir seseorang yang memang sudah ia tunggu sejak berjam-jam lalu. Jarak mereka tak sampai empat meter, dan Argantara hanya butuh delapan langkah untuk menghapus sekat. Di luar dugaan Ayumi, laki-laki itu langsung memeluknya. Erat sekali. Rapat tanpa celah hingga kehangatan menjalar-jalar di tubuh Ayumi yang sebelumnya gigil. Sesaat Ayumi terpaku. Beberapa saat, jantungnya berdetak cepat.

Entah berapa lama sampai kemudian dekapan itu disudahi oleh Argantara. Ayumi mengerjabkan mata beningnya yang agak sayu. Hati kecilnya yang nakal sedikit mengeluh karena kehilangan pelukan itu. Mau sebrengsek apapun Argantara, namun nyatanya dekapan laki-laki itu benar-benar menghangatkan.

"Wajahmu pucat banget. Ayo masuk."

Ayumi mengangguk. Dia berusaha bangkit namun malah agak sedikit terhuyung. Untungnya ada Argantara yang siap dan sigap.

Berdecak, laki-laki itu mencengkeram lengan Ayumi. "Mau digendong?"

Telak saja Ayumi menggeleng. "Masih kuat jalan, kok, Pak."

"Saya papah. Kita pelan-pelan aja."

Lalu laki-laki itu melakukan segalanya dengan benar. Dia tampak sabar menitih tubuh Ayumi. Lengannya cukup kokoh untuk jadi penopang mana kala badan itu terasa hampir jatuh. Argantara terus begitu sabar mengikuti ayunan kakinya yang pendek-pendek.

Bukan ruangannya, Argantara mengajak Ayumi ke ruang kesehatan. Letaknya ada di lantai satu, tak ayal meskipun sudah mengenakan lift, Ayumi dan Argantara masih jadi santapan mata banyak orang. Jika biasanya seluruh karyawan berebut ingin menyapa Argantara, namun sekarang semua orang memilih membisukan bibir dan menyingkir. Aura kemarahan Argantara memang sedang meluap-luap.

Di ruang kesehatan, satu petugas langsung sigap. Dia membantu Ayumi untuk duduk. Dengan telaten mengeringkan tubuh basah kuyup Ayumi dengan kain seadanya. Gadis itu juga sedih melihat bibir Ayumi yang kebiruan dan wajahnya yang memucat pasi. Selain itu dia juga menyarankan Ayumi untuk berganti baju demi tak terserang masuk angin. Atas semua saran itu, petugas kesehatan harus menerima perintah di luar jobdescnya dari sang direktur. Petugas kesehatan itu berusaha untuk tidak menampakkan wajah tertekuk ketika dia harus pergi untuk membeli teh hangat, makanan, dan bahkan pakaian baru untuk Ayumi.

Lempar Dendam Sembunyi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang