6. Tertangkap Basah

8.9K 1.5K 136
                                    

Mari ketemu lagi sama anakku yang paling buaya. 🙈

Enjoy, ya.

OooO

Ayumi harus mensyukuri setelan wajah datar yang sempat Fadli gunakan untuk mengejeknya tempo hari. Karena tatanan wajah seperti itulah yang kemudian menyelamatkan Ayumi dari kemungkinan tertangkap basah padahal Ayumi baru mulai melangkah.

Kalau dia benar-benar ketahuan, entah apa yang akan Argantara lakukan padanya. Orang dengan harta tak berseri seperti bos Ayumi itu mungkin sekali untuk menghilangkan dia dari muka bumi tanpa harus berurusan dengan polisi. Kalau menghabisinya saja belum cukup membuatnya puas, Argantara juga mampu menyentuh ibunya dalam artian kasar dan membuat Ayumi menangis dari dalam kuburnya. Memikirkan semua itu sudah mengerikan, jadi Ayumi harus pastikan hal itu tak akan pernah terjadi.

Kemudian yang mengganggu benak Ayumi adalah bagaimana bisa Argantara tiba-tiba bertanya hal semengerikan itu ketika biasanya dia cuma menanyakan hal-hal tidak penting? Laki-laki itu tidak tahu bahwa di balik sikap tenangnya, kaki Ayumi sudah bergetar di bawah sana. Bahkan kala Argantara sudah tak menampakkan raut curiganya, Ayumi masih saja sibuk memikirkan hal apa sekiranya yang berhasil membuat Argantara menduga bahwa dia dekat dengan Alina.

Karena tidak mungkin Alina bercerita soal dia pada Argantara. Jejak media sosial Alina juga tidak pernah menampilkan satu pun fotonya. Tidak ada kesempatan berbalas komentar karena Ayumi sendiri bukan orang yang gemar menampakkan diri di akun-akun terbuka semacam itu. Lantas dari mana Argantara bisa bisa menebak dan bertanya hal semengejutkan ini?

"Kenapa sih rapatnya dipercepat? Kamu nggak tahu ya, kalau aku harus balik jam delapan lalu berangkat pagi-pagi sekali demi ngejar laporan ini."

Seseorang sedang menggerutu. Bagai tuli, Ayumi hanya memainkan remote kecil di tangannya. Memastikan layar proyektor bekerja dengan baik agar rapat yang setengah jam lagi dijadwalkan bisa berjalan tanpa kendala.

"Pak Arga ada urusan keluarga besok," jawab Ayumi setelahnya.

"Urusan keluarga apa?" tanya si penggerutu lagi.

"Saya kurang tahu."

"Kalau gitu harusnya rapat ini ditunda sampai lusa. Pak Arga itu nggak bisa giniin karyawan kayak aku. Analisis itu susah. Kalau sampai aku salah kasih masukin data, aku juga yang akan kena amuk."

Nama seseorang yang sedang mengomel ini sedikit mirip dengan namanya—Novita. Dia adalah si dada jumbo yang ketika hari pertama Ayumi bekerja, tampak salah tingkah di dapan Argantara. Jadi siapa yang mengira bahwa wanita yang terlihat memuja Argantara habis-habisan itu rupanya bisa menggerutu berepisode-episode hanya karena Argantara memajukan rapat secara sepihak.

Lagipula menurut Ayumi, keputusan Argantara juga tak terlalu semena-mena. Masih cukup masuk akal untuk dipertimbangkan. Kenyataannya, rapat ini hanya maju sehari bukannya dua atau tiga hari. Lebih lagi, ajakan rapat ini sudah keluar sejak seminggu yang lalu. Analisis yang Novita maksud mungkin memang bukan perkara mudah, tapi apa benar enam hari tidak cukup untuk menyiapkan semua itu? Mengingat sebelumnya Novita juga harus pontang-panting mengejar deadline, Ayumi yakin sekali staf dari divisi perencanaan dan pengembangan ini memang tak seberapa kompeten.

"Kalau mau, nanti saya sampaikan keluhannya ke Pak Arga supaya—"

"Sembarangan!" Novita menggebrak meja dengan kesal. Untunglah laptop di atas meja itu tak ikut melompat. Itu aset kantor, andai rusak, memangnya Novita kira dia bisa lepas tanpa harus mengganti rugi? "Kamu mau aku dipecat?" sambung Novita dengan mendesis.

Lempar Dendam Sembunyi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang