25. Titik Pulang

8.1K 1.4K 90
                                    

Selamat tahun baru, manteman. Semoga tahun ini penuh berkah, ya. Yang masih nganggur, segera dapat pekerjaan. Yang sakit, segera sembuh. Yang masih jomblo, segera ditemukan dengan jodohnya. Yang terbaik untuk semua harapan kita. Amin.

Juga, makasih banyak untuk semua yang meramaikan lapakku. Sehat dan bahagia terus kalian. 😘😘😘

OooO

"Pom bensin ke sini itu jauh loh. Kakiku berasa mau lepas dan itu gara-gara kamu."

Argantara kembali menyalahkannya dan Ayumi hanya bisa terdiam kelu. Masalahnya, dia tahu benar bahwa berjalan nyaris dua kilometer untuk anak orang kaya sedari lahir semacam Argantara, pastilah bukan perkara normal. Jadi, mana mungkin Ayumi berani memutar mata apalagi mengejek Argantara sebagai si manja?

"Terus asal kamu tahu aja, satu jerigen bahan bakar ini nggak aku dapatin pakai daun mahoni. Aku mesti tukar jam tanganku karena dompetku ketinggalan di rumah. Terus, pertanyaannya adalah, kamu tahu dong harga jam tanganku berapa?"

Mata Ayumi melirik pergelangan tangan Argantara yang kosong. Dia tak tahu jam tangan mana yang tadi sore laki-laki itu kenakan. Meski begitu, Ayumi sama sekali tidak ragu bahwa jam tangan yang dibarter dengan bahan bakar itu pastilah seharga dengan beberapa kali gaji bulanannya sebagai budak kantoran.

"Mahal banget itu." Argantara belum selesai menumpahkan kekesalannya. "Sayang bener aku sama jam tangan itu. Tapi buatku kamu lebih penting. Ada masalah kita juga yang harus segera diluruskan. Makanya, aku rela ngelepasin benda bersejara itu demi sejerigen sialan ini," lanjut Argantara yang kentara dongkol.

Ayumi mengulum bibir dan merasakan jantungnya kian berdegup memalukan. Omelan laki-laki ini entah kenapa bisa membuatnya melambung tinggi. Entah karena Argantara yang sedemikian bodoh, atau malah sebenarnya Ayumi yang sangat tak tahu diri. Dia sudah menyakiti, tapi tahu masih dicintai, hatinya dengan berani bersorak girang.

"Pokoknya, harus ada tanggung jawab buat kakiku yang pegel sama jam tanganku yang sekarang udah jadi punya orang lain. Aku mau dipijitin lalu aku juga harus dapat hadiah jam tangan baru. Ngerti?" tekan Argantara.

Soal pijitan itu adalah hal remeh. Hanya saja, untuk mengganti jam tangan Argantara yang mahal terasa sedikit berat untuk dilakukan pengangguran semacam Ayumi. Akan tetapi berdalih saat ini hanya akan membuat Argantara lebih banyak mengomel. Jadi, mari buat segalanya berakhir mudah.

"Ya," sahut Ayumi tanpa bisa menolak.

Argantara menyorot Ayumi dengan alis berkerut. "Nggak harus yang berharga mahal. Aku hanya berharap sesuatu yang memang datangnya dari niat dan ketulusanmu. Ngerti maksudku?" sambungnya. Kali ini tidak terlalu berapi-api.

Tersentil, Ayumi merasa wajahnya seketika dingin dan kaku. Dia bagai disiram air kubangan, membuat sekujur tubuhnya terlihat kotor dan berbau busuk. Argantara sudah memberikan semua hal beraroma tulus dan berlapis kasih sayang. Sementara Ayumi, tak pernah memberikan apapun, alih-alih hanya luka dan kebohongan.

"Apa?" sengit Argantara. "Kenapa lihat aku kayak gitu?"

Ayumi menghela napas. "Kamu nggak marah?"

"Soal?"

"Semuanya. Dari pertama kali kenal sampai malam ini."

"Menurutmu?" lontar Argantara seolah bermaksud mengajak Ayumi bermain-main.

"Menurutku, kamu terlalu lembek."

Terus saja laki-laki itu mendelik. "Lembek?" sergahnya.

Ayumi mengangguk. "Kamu harusnya lebih marah daripada ini. Maki-maki aku. Bawa pengacara, jeblosin saja aku ke penjara. Aku... sudah jahat sekali," lirih Ayumi begitu pelan.

Lempar Dendam Sembunyi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang