14. Bermain-main

6.8K 1.2K 142
                                    

Sudah lama sekaliiiii, maaf yaaa. Hehehe. Dibikin sibuk sama regata-nya township, sampe lupa terus mau update. 🙏🙏

Enjoy, ya.

OooO

Sejak dulu, pantai bukanlah tempat yang berada dalam daftar ingin dikunjungi oleh Argantara. Terserah saja kalau dia dibilang anak mama, si manja, si culun, dan lain sebagainya. Daripada memikirkan penilaian orang, Argantara lebih peduli pada kondisi badannya sendiri yang memang tak setangguh orang lain. Dia terlahir dengan kulit yang rentan, terutama pada keringat dan benda-benda asing yang tak seharusnya ada di atas kulit.

Kondisi ini tidak bisa dibilang remeh tidak juga bisa dibilang parah. Yang perlu Argantara lakukan hanya membiasakan diri. Mandi begitu selesai olahraga atau berada di bawah terik matahari langsung adalah hal yang mutlak dan harus dia lakukan tanpa bisa ditawar-tawar. Kalau Argantara sampai tak mengindahkan kebiasaan ini, maka siap-siap saja untuk kerepotan.

Maka dari itu, Argantara harus memutar otak ketika ketidaksukaannya malah jadi sesuatu yang sangat ingin dikunjungi oleh gadisnya. Dia jelas tak ingin mengecewakan Ayumi, namun tak mau juga merepotkan diri untuk menenangkan kulitnya yang rewel. Makanya, Argantara sengaja memilih satu pantai dari sekian tempat yang ia tahu. Itu adalah sebuah garis pantai yang dimiliki oleh sebuah hotel. Argantara juga memilih pagi buta dengan alasan sunrise, padahal sejujurnya dia hanya tak suka berpanas-panasan di bawah terik matahari.

Tempat yang Argantara pilih adalah satu teraman bagi Argantara. Berjaga saja, ketika Ayumi memaksanya turun ke air laut, Argantara tak serta merta harus menolak dan bertingkah jauh dari kata jantan. Argantara hanya perlu menikmati tiga puluh atau enam puluh menit bermain pasir dan air bersama Ayumi, sisanya dia bisa menawarkan waktu bebersih yang pasti tak akan ditolak dengan Ayumi. Dengan semua itu, Argantara yakin Ayumi akan senang dan sendirinya tetap sehat terkendali.

"Kok hotel?"

Tapi lihat reaksi Ayumi ketika Argantara mematikan mesin mobilnya di tengah pelataran parkir milik sebuah hotel. Kening gadis itu berkerut. Dia memandang Argantara seolah hendak berkata, kamu tidak punya telinga? Tidak dengar kalau aku pengen pergi ke pantai dan bukannya hotel?

Dengan tenang, Argantara mengulum senyum. "Di belakang hotel ini ada pantainya, Ay. Cantik. Temenku bahkan pernah sewa tempat ini buat venue pernikahannya."

"Oh ya sudah."

Itu adalah reaksi dingin yang bermakna tidak antusias. Ayumi bahkan mulai memasang wajah bosan yang tak pelak membuat Argantara mengutuk diri sendiri.

"Kamu nggak suka tempat ini?"

"Suka kok. Terserah Mas Aga saja."

Argantara punya banyak pengalaman dengan wanita. Dan ketika wanita mengatakan terserah maka itu tak mungkin bermakna sederhana. Itu bisa berarti Ayumi tak suka tempat ini, itu bisa berarti Ayumi menginginkan tempat lain, itu juga bisa berarti Ayumi akan melabeli dia sebagai si pacar gagal karena bahkan tidak becus menyiapkan kencan pertama mereka.

"Tapi tempat ini beneran nggak akan ngecewain kamu kok, Ay. Aku sudah siapin banyak kejutan di dalam sana."

"Ya sudah. Ayo turun."

Itu masih dikatakan dengan suara datar dan ekspresi tanpa minat. Seketika saja, Argantara tahu dia harus memutar rencana kalau tak mau hubungan ini berakhir hambar ke depannya. Laki-laki itu juga harus mengatakan sabar kepada dirinya sendiri yang baru saja membuang-buang banyak waktu dan rupiah, untuk melakukan reservasi berbagai hal-sarapan romantis, dua kamar hotel, juga paket berkeliling lautan selama sejam utuh-di hotel ini.

Lempar Dendam Sembunyi Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang