16

21.7K 1.3K 10
                                    


"Jam segini baru pulang, gak salah?"

Abel yang baru saja menginjakkan kakinya di ruang tamu sontak menghela napasnya jengah.

"Bolos sekolah, lo mau beneran jual diri? Uang yang gue kasih gak cukup?"

"Lo tu kenapa, sih? Selalu bawa-bawa harga diri gue, apa sebegitu murahannya gue di mata, lo?" kesalnya.

Abi hanya mengedigkan bahunya sekilas.

"Gue harap lo gak ikut campur sama kehidupan gue!" ucap Abel kemudian berlalu meninggalkan Abi.

"Lo tanggung jawab gue! Gue suami, lo! Lo harusnya sadar posisi!"

Abel menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Abi.
"Tanggung jawab, lo? Mana buktinya? Mana?! Asal lo sadar, lo gak pernah memepertanggung jawabkan apapun, lo selalu ninggalin gue gitu aja,"

"Emm, gue ngerti. Maksud lo tanggung jawab menurut lo tuh cuma ngasih duit doang, gitu? Gue gak butuh uang, lo! Gue gak se miskin itu! Uang lo tetap utuh, Bi, gue gak pernah pake sepeserpun uang dari lo!"

"Heran jadi cowok ko perhitungan," gumamnya kemudian kembali melangkah menuju kamarnya.

Abi diam tertegun mendengar segala ucapan Abel, dia sadar akan apa yang dia katakan.

Dengan segera Abi pun beranjak menyususl Abel.

Ketika dia membuka pintu, Abi dapat melihat Abel yang sedang mengotak-atik ponselnya.

"Bel?" panggilnya dengan duduk di sebelah Abel.

Panggilan dari Abi pun tak Abel perdulikan, sepertinya ponsel lebih menarin dari suaminya.

"Gue minta maaf, gue nggak bermakud ngomong kaya gitu, gue cuma khawatir sama lo, Bel!"

Oh ayolah, Abel sangat tidak perduli.

"Bel?"

"Apa?!" kesalnya.

"Gue minta maaf,"

Abel terkekeh sinis, "minta maaf? Semua orang juga bisa ngucapin kata maaf, tapi nggak bisa mempertanggung jawabkan ucapannya. Contohnya, lo!"

"Lo pernah mikir gak gimana rasanya jadi gue? Gue udah di cap buruk sama semua orang, dan lo selalu mempermalukan gue di depan semua orang! Lo pikir gue gak malu? Gue malu, Bi."

Abi tetap diam membiarkan Abel mengeluarkan unek-uneknya.

"Gue pengen hidup normal tanpa adanya pandangan sinis dari semua orang termasuk, lo! Gue capek, gue juga pengen pisah sama, lo!" ucapnya dengan air mata yang menetes perlahan.

"Jangan ngomong pisah! Gue minta maaf, gue ngaku gue salah," ucap Abi dengan merengkuh Abel ke dalam pelukannya.

Mereka sudah hidup satu atap selama empat bulan, dan rasa nyaman pun sudah Abi rasakan, dia tidak akan menyangkal sedikit pun untuk fakta tersebut.

"Tolong jangan buat gue berharap, Bi!" batin Abel berteriak.

Lama di dalam pelukan Abi membuat kantuk tiba-tiba menyerang, hingga tanpa sadar dia pun terlelap.

Abi yang mendengar dengkuran halus dari Abel sontak mentap wajah damai Abel dengan tersenyum tipis.

Dengan hati-hati dia merebahkan tubuh Abel, kemudian ikut merebahkan diri di samping Abel dengan mengelus perut Abel yang sudah membuncit.

"Gue gak tau gimana kedepannya, tapi gue harap semuanya akan baik-baik aja," batinnya kemudian ikut terlelap menyusul Abel.

____________________

Delusi(Abel x Abi) ||ENDING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang