Prolog [revisi]

104 5 3
                                    

“Hay,” sapa seorang cowok berperawakan tinggi, tanpa disuruh ia ikut duduk di kursi kosong tepat berada dihadapan seorang gadis yang sedang menghadap ke luar jendela sambil meminum secangkir coklat panas.

Tanpa menoleh pun, gadis itu sudah mengetahui siapa seseorang yang berada di depannya saat ini.

“Sendiri aja, gue gabung sabi kali,” katanya seraya tersenyum.

Gadis yang di kenal bernama Nazhira itu berdiri dan melangkah keluar kafe, tanpa berkata apapun ia pergi meninggalkan seseorang yang kini menatapnya dengan nanar. Sambil membuang nafas pasrah, ia juga melangkah keluar menyusul Nazhira yang pergi entah kemana.

Cowok tersebut bernama Dimas. Iya, Dimas Abbiyya Saddam yang gencar mencoba untuk mendekati gadis itu. Sejauh ini, Nazhira selalu acuh dan tidak peduli atas hadirnya tapi itu tidak membuatnya patah semangat. Dimas terus mengejar dan mengejar sekalipun harus menelan pahitnya kenyataan bahwa orang yang ia sukai ternyata masih terjebak di masa lalu.

Belum bisa melupakan seseorang di masa lalunya.

Masih mencintai mantan kekasihnya.

Langkah Dimas dapat menyamai Nazhira yang kini berjalan santai sambil menunduk bermain ponsel.

“Kalau jalan itu jangan sambil main hape, ntar nabrak.”

Nazhira berdecak, memasukkan ponsel ke dalam tas kecil miliknya. Berjalan cepat, Nazhira bahkan tidak sedikitpun menoleh pada Dimas.

Dimas membuang nafas. “Mau sampai kapan, Ra? Mau sampai kapan lo terus menghindari gue gini?”

Nazhira berhenti melangkah namun tidak berbalik. Gadis itu memejamkan mata sesaat dengan hembusan nafas panjang.

Dimas kembali bersuara. “Salah kalau gue suka sama lo?”

Nazhira meremas kuat tali tas yang berada di sisi kanan. Kenapa Dimas begitu keukeuh. Nazhira pernah bilang untuk jangan menyukai dirinya agar cowok itu tidak menyakiti perasaannya sendiri. Tapi, Nazhira ingat satu hal bahwa perasaan yang tumbuh tidak dapat dicegah dan itu hadir dengan sendirinya tanpa diminta.

Namun apalah daya, cinta lama itu masih terus bersarang dan sulit untuk Nazhira hindari.

Mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya benar-benar membuat kita tersadar bahwa kita hanya sebagai pemeran figuran di dalam hidupnya.

“Salah kalau gue bilang gue cinta sama lo? Sesulit itu Ra? Sesulit itu buat lo percaya sama gue? Kenapa lo nggak pernah mau ngelihat gue? Sekali aja Ra. Sekali aja lo lihat perjuangan gue. Kasih tahu gue, kasih tahu gue gimana caranya supaya lo bisa percaya sama gue. Gimana caranya supaya lo bisa ngerasain rasa sayang gue buat lo.”

Dimas memejamkan mata menahan sesak. Nyatanya sangat sulit untuk dapat menyakinkan Nazhira bahwa ia benar-benar mencintai gadis itu dengan tulus.

Dimas tidak ingin berhenti karena ia yakin Nazhira akan dapat membalas perasaannya. Walaupun tidak tahu sampai kapan ia berlaku seperti ini tanpa memikirkan perasaannya sendiri, tapi Dimas terus melangkah dan akan menghapus memori lama bersama mantan gadis itu.

Dimas akan tetap berjuang sekalipun lawannya adalah bayang-bayang seseorang di masa lalu Nazhira.

Tolong siapapun beritahu Dimas bagaimana caranya agar dapat menyakinkan bahwa rasa ini benar-benar tulus mencintai.

Tidak ada kata menyerah. Baginya, Nazhira satu-satunya perempuan yang dapat mencuri perhatiannya bahkan sejak melihat Nazhira pertama kali di lampu merah kala itu.

“Perasaan gue selalu seneng ketika ngelihat lo, ngelihat lo ketawa hati ini selalu menghangat. Tapi di saat yang bersamaan, hati ini juga sakit. Sakit karena tidak terbalaskan dengan perasaan yang sama.”

Nazhira terenyuh, rasa bersalah kembali muncul. Nazhira tidak bisa menerima perasaan itu kalau hatinya saja masih dipenuhi oleh dia.

Nazhira berlalu tanpa membuka suara sedikitpun. Ini bukan kali pertama Dimas mengutarakan isi hatinya. Nazhira harus apa? Menerima? Rasanya tidak mungkin karena Nazhira tidak ingin membuat Dimas terluka jika bersamanya.

Nazhira terus berjalan dengan tatapan kosong. Gadis itu melangkah dalam sepi. Nazhira juga tidak ingin seperti ini. Tapi, sangat sulit untuk dapat melupakan dia yang terus mengisi pikirannya.

Sorot mata Dimas begitu sendu. Memandang punggung kecil Nazhira yang kian menjauh.

“Apa nggak ada kesempatan buat gue Ra?” lirih Dimas pelan.

Dimas berdiam diri di tempat. Dadanya kembali sesak saat melihat seseorang yang juga sedang berbicara dengan Nazhira sekalipun Nazhira tidak menanggapi.

Hadirnya orang di masa lalu Nazhira menjadikan harapan Dimas begitu kecil. Dimas tidak tahu kisah ini bakal seperti apa nantinya. Apakah dia mampu membuat Nazhira suka balik padanya? Itu suatu kemustahilan...

Mungkin tidak juga.

Dimas mencintai Nazhira.

Gadis lucu, periang dan senyumannya yang manis.

“Bunda, Dimas harus apa... Gadis yang Dimas cintai masih menyimpan rasa untuk orang lain.”

“Kenapa nggak gue aja yang kenal lo lebih dulu? Kenapa harus orang lain?”

Mencintai adalah suatu resiko, siap bahagianya, juga sedihnya.

Dimas Gegana.

Bahagia itu belum hadir, sebab Nazhira masih belum bisa menerimanya.

Belum bukan berarti tidak 'kan? Iya, Dimas akan lebih berjuang lagi.

Demi cintanya.

Demi mendapatkan kebahagiaan itu.

Karena bahagianya, ketika Nazhira menjadi miliknya.

✧✧✧

Prolog

Ada yang gamon seperti Nazhira???

Atau seperti Dimas yang mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya?

Typo bertebaran mohon untuk dibenarkan. (Jika ada)

Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya ya<3

Mohon maaf jika tulisan aku banyak kurangnya.

First story:)

MEMORIES [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang