Aeri mendengkus kesal. "Ihh! Aku masih mau main di pantai," kesalnya dengan mencebikkan bibir. Hyunjin dengan santainya menarik tangan Aeri menuju parkiran.
"Nanti, kamu ganti baju dulu. Baju kamu basah, aku nggak mau kamu masuk angin," balas Hyunjin tegas.
Aeri menghela napas kasar. "Sedikit aja basahnya tau," ucapnya yang masih ngeyel.
Hyunjin langsung menatap Aeri tajam. "Di bilangin ngerti sayang. Baju kamu itu putih, basah sedikit aja udah tembus pandang. Jangan ngelak, ya," ucapnya serius.
Aeri berdecak. "Setelah ganti baju kita balik lagi ke pantai," lanjut Hyunjin.
"Masalahnya aku nggak bawa baju ganti. Kelupaan tadi, terus kita harus pulang gitu?" tanyanya dengan raut wajah lucu.
Hyunjin tertawa kecil. "Nggak usah gemesin bisa," ucapnya dengan mengelus pipi kanan Aeri.
Aeri memutar bola mata malas. "Aku serius, kak. Masa kita pulang lagi? Di sini nggak ada toko baju?" ucapnya menatap sekitar pantai.
"Tenang aja, baju kamu ada di mobil," balas Hyunjin yang sontak membuat alis Aeri terangkat.
"Kamu bawa baju aku? Kok bisa?" tanya Aeri terkejut.
"Kamu kebiasaan, selalu nggak bawa baju ganti kalau mau pergi kemana pun. Jadi aku yang siapin semuanya," jawab Hyunjin santai.
Aeri langsung tersenyum dan memeluk tubuh Hyunjin. "Suami, Ae, memang terbaik!"
Hyunjin membalas pelukan Aeri dan membukakan pintu mobil kemudian, mengambil tas kecil yang berada di kursi belakang. Tas kecil itu berisi baju Aeri dan miliknya. "Ganti di...," Hyunjin menatap sekitar. Di tempat ia memakirkan mobil tidak ada toilet umum. "Di mobil aja gantinya," lanjutnya.
Mata Aeri melotot. "Ehh! Serius?! Nggak mau ah! Nanti kelihatan orang lain gimana?" tanyanya mulai panik.
"Aku tutupin," balas Hyunjin tenang.
Aeri menelan saliva. Kalau suaminya menutupi dirinya, otomatis Hyunjin akan melihat tubuhnya yang berganti pakaian.
"Ayo, buruan. Mumpung masih sepi," ujar Hyunjin.
Aeri menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. "Nggak ada toilet umum gitu di sini?" tanyanya ragu.
"Jauh sayang, nggak akan keburu, yang ada baju kamu keburu kering dan kamu bakal sakit," jawab Hyunjin tegas.
Aeri menghela napas. "Ya—udah deg, ta-tapi kamu jangan lihat aku," pintanya gugup.
Alis Hyunjin terangkat. "Kenapa? Aku suami kamu?" tanyanya balik.
Aeri menunduk, kedua pipinya terasa sangat panas. "Em, malu aku," cicitnya.
Hyunjin langsung mengukir senyuman. "Nggak usah malu. Kamu sempurna di mata aku, jadi nggak usah ditutupin."
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴀ ᴡᴇᴇᴅɪɴɢ ᴀғᴛᴇʀ sᴛᴏʀʏ
Teen FictionSequel "Dokter Hwang" Keseharian Hyunjin dan Aeri dalam menjalankan kehidupannya sebagai sepasang suami istri muda yang baru menikah.