26

1.1K 141 60
                                    

Masih ada yang menunggu ceritanya Aeri dan Hyunjin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih ada yang menunggu ceritanya Aeri dan Hyunjin?

Pasti masih dong?!

Happy reading

Aeri menyisir rambutnya ke belakang setelah keluar dari toilet. Kenapa cewek itu selalu muncul di sekitar Hyunjin ataupun dirinya. Aeri benar-benar muak.

Menenangkan diri, Aeri memilih menuju cafetaria. Perutnya jadi terasa lapar setelah beradu mulut dengan cewek gila itu.

Tiba di cafeteria, Aeri langsung pesan minuman dan snack. Memilih tempat duduk di dekat jendela besar sambil menunggu Hyunjin menyelesaikan pekerjaannya.

"Aeri." Mendengar namanya dipanggil, Aeri menoleh dan seketika mengerjap dengan tubuh mematung.

Dia, Lee Jeno. Sahabat kecilnya.

Jeno mendekati Aeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeno mendekati Aeri. Terlihat jelas tatapan teduh yang cowok itu berikan setelah lama tidak bertemu dengan Aeri. Dia berdiri dihadapan Aeri dan tersenyum. "Long time no see, Aeri."

Aeri tersadar dan merubah raut wajahnya menjadi datar. "Apa kabar, Ae?" tanya Jeno lagi begitu ramah.

"Sangat baik," jawab Aeri singkat.

Jeno kembali tersenyum, kali ini suasana berubah canggung. Apa lagi saat Aeri menanggapinya dengan dingin. "Gue nggak nyangka bisa bertemu lo di sini," ucap Jeno lagi.

Aeri hanya membalas dengan anggukan. "Mau duduk nggak?" tanya Jeno agak ragu. Aeri terlihat tidak bersahabat.

Aeri melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Jam menunjukkan pukul sepuluh dan Hyunjin pasti sudah selesai periksa keadaan pasien. "Gue telepon kak Hyunjin dulu," jawabnya masih dingin dan mengeluarkan ponsel. Aeri harus meminta izin dulu pada sang suami.

Jeno mengangguk mengerti. Ia menunggu Aeri dengan tatapannya tidak lepas dari gadis itu. Sahabat kecilnya sudah berubah banyak. Terlihat lebih dewasa dan tentunya lebih cantik.

Lima menit menunggu, Aeri telah selesai menelpon. "Di sana aja duduknya," seru Aeri menunjuk tempat duduk dekat jendela.

Jeno menurut dan mereka duduk saling berhadapan. Jeno dengan wajah bahagianya, sedangkan Aeri dengan wajah datar dan dingin.

ᴀ ᴡᴇᴇᴅɪɴɢ ᴀғᴛᴇʀ sᴛᴏʀʏTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang