Aura melempar senyum pada Azka yang sudah siap didepan sana. Babak final akan dimulai dalam hitungan detik lagi. Terlihat jelas raut tegang diwajah ketiga orang itu.
Babak rebutan untuk akhir olimpiade tahun ini. Tinggal 15 peserta tersisa, dari enam sekolah. Bahkan, ada dua sekolah yang hanya punya satu perwakilan karena yang lain tereliminasi dibabak pertama.
Pertanyaan pertama diberikan. Aura sempat mendengat bu Arum yang notabenya guru Matematika berdecak sambil geleng-geleng kepala, pertanda pertanyaan ini adalah pertanyaan sulit.
Tet
Bel dari SMA Pelita berbunyi, mereka dipersilahkan menjawab dan jawaban mereka benar. Mereka memperoleh seratus poin diawal.
Pertanyaan keempat, Bima menjawab benar, hingga menimbulkan sorak-sorai yang heboh.
Di pertanyaan kedua belas yang tersisa hanya tiga tim. Masih seperti peraturan kemaren, mereka hanya diberi duakali kesempatan menjawab salah. Skor SMAP adalah skor terendah saat ini, hanya dua ratus, sedangakan dua lainnya mendapat skors tiga ratus sama.
Pertanyaan selanjutnya SMAP mendapat kesempatan menjawab lebih dulu-dan salah. Jawaban dari Azka membuat mereka kehilangan seratus point. Azka melempar tatapan meminta maaf kearah Aura dan rombongan yang ditanggapi dengan semangat.
Selanjutnya, tim lawan mendapat tambahan seratus point. Hal itu sempat mendapat sorak-sorai dari tim lawan yang ternyata sekolah Aron, musuh geng Vergen. Bahkan Aron ikut-ikutan menyoraki SMAP yang memiliki poin sangat jauh. Sontak saja hal itu memancing emosi Azka dan Bima. Alhasil, pertanyaan kaempat belas sampai delapan belas disapu bersih oleh SMAP.
Sekarang skors SMAP dan SMAPA atau SMA Pahlawan seri. Azka melempar senyum kemenangan kearah pedukungnya, dan melempar senyum miring ke Aron.
Di pertanyaan terakhir, mereka diberi pertanyaan yang benar-benar sulit. Lagi, Aura menatap bu Arum yang sedang memijat pelipis nya sambil menatap coretan angka didepannya.
Tet
Aura tercekat, Azka dengan raut tegang dan tangan yang masih menempel diatas bel menatap nya. Ia berdoa, semoga jawaban dari Azka mampu memberi kemenangan pada mereka.
"Silahkan SMA Pertiwi. Ini kesempatan terakhir kalian untuk menang. Kalau salah, kalian langsung dinyatakan kalah"
"24/7". Suara Azka terdengar tegas dan bergetar secara bersamaan. Semuanya hening, benar-benar menegangkan.
"BENAR!"
Aura yang duduk diantara Kairez dan Agra langsung berdiri. Ia berpelukan bersama Laisa, Arina, Arkana dan Rachel, setelah Arzita datang mereka langsung menariknya untuk berpelukan.
Azka langsung menarik Aura dari para perempuan itu dan langsung memeluknya erat. Kairez menggeplak kepala belakang Azka. Padahal mereka sudah menunggu untuk berangkulan bersama.
Azka tertawa, setelahnya ikut bergabung bersama teman-temannya.
***
Untuk merayakan kemenangan, mereka singgah dulu di pantai yang ada di sekitar sekolah. Bu Arum dan pak Wono sudah pulang dengan bis sekolah.
Kairez tadi sudah menelpon anggota lainnya agar mereka merayakan bersama-bersama. Sedari tadi keenam temannya itu sudah menatap Azka dengan senyum lebar masing-masing. Berdecak, Azka mengeluarkan sebuah kartu platinum dari dompet nya.
Azka menarik tangan Aura agar mengikutinya berlari di tepi pantai. Azka berhenti berlari, ia menatap Aura sebentar kemudian berjongkok. Menyuruh Aura naik kepunggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Girl
Teen Fiction'Balas dendam'. Satu hal yang sudah menjadi tujuan hidup Aura dari jauh-jauh tahun. Aura hidup hanya untuk dendam. Karena itu lah jika suatu saat semua selesai, ia akan menyerahkan hidupnya pada takdir. Hingga Azka ikut andil menjadi tujuan hidupnya...