Aura berlari menuju mobil jemputan yang sudah menunggunya diluar sekolah. Ia terus memperhatikan jam kuning pastel yang melingkar indah ditangannya.
Keringat mengalir deras di pelipisnya. Jadwal penerbangannya sebentar lagi dan ia tidak boleh terlambat. Selain alasan itu, ia berlari untuk menghindari Azka. Ia mempercepat larinya saat menyadari Azka turut mengejarnya di belakang.
Jika setan itu terlihat, sudah Aura pastikan makhluk itu akan ia siksa hingga mati. Berani-beraninya makhluk itu menghasutnya hingga ia harus menanggung malu karena itu.
Sesampainya di mobil, Aura langsung menarik botol air di sebelahnya. Botol itu masih bersegel dan Aura meneguknya hingga tandas tak bersisa. Napas nya masih ngos ngosan.
Aura menoleh menatap kaca yang tertutup. Diluar, Azka sedang menatap gusar ke arah mobilnya.
***
Tubuhnya terasa melemas saat bibir lembut, dingin milik perempuan yang ia sayangi menempel di bibir nya.
Entah layak di sebut apa, namun jika ini adalah kejutan makan Azka akan menyebutnya kejutan yang tak pernah ia duga.
Keterkejutan terpancar sangat jelas diwajahnya. Matanya tetap konsisten menatap mata Aura yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.
Pipinya memanas. Gurat merah pun terlihat samar di pipi Aura. Ia merasa cengkraman Aura dikerahnya mulai mengendur. Ia masih terdiam hingga tak sadar bahwa Aura sudah berlari menjauhinya.
Melupakan Bella, ia berlari mengejar Aura meninggalkan Bella yang menatapnya sendu. Ia terus berlari dengan teriakan-teriakan memanggil Aura. Persetan dengan mata-mata yang menyorotnya. Ia hanya ingin bicara dengan Aura.
Langkahnya terhenti paksa saat melihat Aura masuk kedalam mobil hitam yang terparkir di depan gerbang. Ia menatap mobil itu gusar. Mobil itu perlahan menjauh. Ingin rasanya Azka mengejar mobil itu, namun jarak dari tempatnya ke parkiran itu lumayan jauh. Ia pasti kehilangan jejak nantinya.
***
Acara sudah selesai. Suasana mulai sepi, menyisakan beberapa orang berserta Azka dan teman-temannya yang jumlahnya lebih kurang lima puluh orang. Mereka beserta anggota osis membantu membereskan lapangan yang dipakai untuk acara.
Tepat pukul 23:00 semua sudah beres. Mereka melakukan tos sebelum berpencar pulang kerumah masing-masing. Azka menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Selain karena jalanan sudah lengang, ia ingin mampir dulu kerumah Aura.
Lima belas menit kemudian, ia sudah berada di depan rumah Aura. Ia menyelipkan kakinya ke bawah bangku pendek lapuk untuk menekan bel rumah Aura. Aura yang menunjukkan itu saat ia berkunjung beberapa minggu yang lalu. Katanya supaya Azka tidak perlu bersusah payah berteriak memanggil karena itu tidak akan terdengar dari bawah.
Tidak lama setelah itu, seorang perempuan muda yang Azka tafsir berumur tiga puluh kebawah muncul dengan wajah datar, matanya terlihat berair namun tidak sembab. Tidak terlalu jelas terlihat menangis.
"Aura ada kak?" Tanya Azka tanpa basa basi.
"Nona udah pergi dari sore"
Azka mengerutkan keningnya. "Kemana?"
"Maaf. Nona menyuruh kami merahasiakannya"
"Kapan balik?"
"Kalau itu belum pasti"
Azka mengucapkan terimakasih yang dibalas amggukan. Pintu itu kembali tertutup. Azka berdecak kesal. Ponsel Aura sedari tadi tidak aktif. Azka mengacak rambutnya sambil berjalan menuju motor. Setelah itu motor putih itu melaju meninggalkan rumah Aura.
***
Hari keempat sejak Aura pergi dan suasana hati Azka masih seperti sebelumnya. Bahkan semakin memburuk.
Sejauh ini, hanya Aura perempuan satu-satunya yang berhasil membuatnya uring-uringan. Bukan sekali, namun berkali-kali.
Azka sudah mencoba menghubunginya, namun Aura tidak pernah mengangkatnya. Azka kira hanya telponnya yang tidak diangkat. Ternyata saat ia mencoba dengan ponsel Laisa sama saja. Aura tidak mengangkatnya.
Azka menghembuskan napas kasar. Baiklah, mungkin bukan hari ini. Ia akan mencoba kembali besok.
***
Wajah pucat itu sedari tadi tak pernah lepas dari pandangan Lucas. Kantong mata yang menghitam terlihat jelas di matanya.
Selama empat hari ini, mereka benar-benar bekerja keras. Terlebih Aura. Cewek itu bahkan hanya istirahat tiga jam perhari. Lucas tidak yakin, jika cewek itu akan pulang kerumah nantinya.
Kurang dari satu jam lagi pesawat pribadi keluarga Aura akan mendarat di bandara internasional soekarno-Hatta. Anak buah Aura yang berjumlah lebih dari lima puluh orang itu duduk dikursi bagian depan. Aura duduk dikursi paling belakang bersama dengan Lucas. Tentu saja fasilitas kursi ini lebih lengkap dari kursi di depan.
Empat hari ini Aura menghilang seolah di telan bumi. Padahal tidak, ada urusan penting yang tidak bisa diwakilkan oleh siapapun untuk menyelesaikannya. Setelah empat hari dengan perjuangan panjang, akhirnya ia kembali ke negara asalnya setelah melewati hari-hari yang panjang di Swedia.
Padahal ia sudah merancang rencana jalan-jalannya setelah urusan nya disana selesai. Namun, melihat kondisi tubuhnya, ia pun pasrah saat Lucas memaksa nya untuk pulang
Selain untuk healing, sebenarnya alasan utamanya ingin berlama-lama disini adalah untuk menghindari Azka. Ia merasa belum siap bertemu dengan Azka. Mau diletakkan dimana wajahnya saat bertemu Azka nanti.
Azka Dentara. Nama yang sedang menetap dihatinya saat ini. Nama dari seorang lelaki pertama yang ia sayangi setelah ayah dan kakeknya. Nama yang selalu membuatnya berdebar saat mendengar nya, meski tidak ada si pemilik di sampingnya dan yang pasti, nama seseorang yang menerima ciuman pertamanya.
Pesawat yang di tompanginya sudah mendarat. Mereka keluar dengan perasaan campur aduk. Lucas masih senantiasa berada disamping Aura. Lucas hanya khawatir jika Aura mendadak pingsan saat berjalan. Dan benar saja, tepat ditangga terakhir, Aura jatuh pingsan dan langsung di sambut oleh Lucas. Lucas langsung membopong Aura menuju mobil yang sudah sedari tadi terparkir, menunggu kepulangan mereka.
Setelah memastikan Aura dalam posisi yang nyaman. Lucas langsung menghubungi seseorang yang selalu berada dalam pikiran Aura. Lucas tahu itu.
Nona sakit. Dirawat di
Rumah sakit Anjayani__________________________________________________________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyco Girl
أدب المراهقين'Balas dendam'. Satu hal yang sudah menjadi tujuan hidup Aura dari jauh-jauh tahun. Aura hidup hanya untuk dendam. Karena itu lah jika suatu saat semua selesai, ia akan menyerahkan hidupnya pada takdir. Hingga Azka ikut andil menjadi tujuan hidupnya...